Tindakan terbaru Jong Un adalah menyingkirkan sejumlah jenderal dan tokoh senior pemerintahan ”warisan” masa kepemimpinan mendiang ayahnya, Kim Jong Il.

Yang paling kontroversial sekarang adalah ketika dia secara demonstratif menyingkirkan dan mengeksekusi pamannya sendiri, Jang Song Thaek (67).

Selain sebagai mentor Jong Un pasca-kematian ayahnya, Jang juga sebelumnya punya posisi kuat sebagai orang kedua di partai tunggal negeri itu, Partai Para Pekerja Korea.

Jang, suami Kim Kyong Hui, anak perempuan satu-satunya pendiri Korut, Kim Il Sung, dieksekusi pada Kamis (12/12), tak lama setelah mahkamah militer memvonis dia bersalah.

Dia divonis bersalah atas tuduhan mencoba menggulingkan pemerintah dan menjatuhkan sang kemenakan. Jang juga dituduh berperilaku korup dan tak bermoral, seperti gemar berjudi dan main perempuan.

Dalam pemberitaan, kantor berita Korut, KCNA, bahkan mencaci Jang sebagai ”manusia sampah menjijikkan”, ”lebih buruk daripada seekor anjing”, dan ”pengkhianat sepanjang masa”.

Menurut kantor berita Korea Selatan (Korsel), Yonhap, yang mengutip surat kabar corong pemerintah Korut, Rodong Shinmun, Jumat (13/12), Jang di pengadilan mengakui semua tuduhan kepadanya.

Sejumlah spekulasi terus berkembang menanggapi kebijakan radikal Jong Un, yang oleh Amerika Serikat disebut sebagai bukti betapa brutalnya rezim berkuasa di negeri serba tertutup itu.

Revolusi kebudayaan

Salah satu spekulasi dilontarkan Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera, tak lama setelah Jang dipermalukan di muka umum dalam sidang Partai Para Pekerja Korea, pekan lalu. Jang digiring keluar secara paksa oleh para petugas keamanan.

Dalam sebuah foto yang dipublikasikan KCNA tampak Jong Un melihat kejadian itu dengan pandangan dingin dari atas podium, sementara para peserta sidang lain terlihat tegang seolah tak berani memperlihatkan reaksi.

”Saat melihat foto kejadian itu saya teringat ketika China menggelar Revolusi Kebudayaan. Negeri itu boleh jadi akan menjadi negeri paling radikal di masa depan dan itu membuat saya cemas,” ujar Onodera.

Selain sebagai orang ”lingkar terdekat” dinasti Kim, Jang juga berperan penting dalam perekonomian Korut. Dia memimpin delegasi Korut ke China untuk membicarakan pembangunan kawasan ekonomi khusus di Korut.

Spekulasi lain menyebut langkah drastis Jong Un itu disengaja untuk mempertontonkan bahwa sang pemimpin belia sangat berkuasa dan mandiri.

Hal itu sekaligus menunjukkan betapa Jong Un merasa semakin terancam dengan kehadiran sang paman. Tambah lagi dikabarkan, dalam persidangan terakhir atas dirinya, Jang menyebut pemerintahan Jong Un telah gagal secara ekonomi.

Reaksi seteru

Sebagai tetangga sekaligus negeri seteru utama, Korsel bereaksi cepat menyikapi perkembangan situasi tersebut. Sejak awal Jang dipastikan ditangkap, Presiden Korsel Park Geun-hye langsung menyampaikan kecemasannya.

Menurut Park, pemerintahan Jong Un semakin berupaya memperkuat cengkeraman rezim ”pemerintahan teror”-nya.

”Mulai saat ini hubungan antara Korea Utara dan Selatan di masa mendatang bisa menjadi semakin tak stabil,” ujar Park mewanti-wanti.

Tak lama setelah eksekusi Jang, sejumlah media massa Korsel mengabarkan Seoul langsung menggelar rapat mendadak, Jumat. Rapat para menteri terkait bidang pertahanan itu membahas perkembangan situasi terkini di Korut.

Pemerintah Korsel sama sekali tak menyangka perkembangan di Pyongyang berlangsung begitu cepat. ”Kami memastikan bersiap menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang,” ujar juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel Kim Eyi-do seusai pertemuan, seperti dikutip The Korea Herald.

Sementara itu mantan penasihat Gedung Putih AS terkait Asia, Victor Cha, menyebut eksekusi terhadap Jang menunjukkan adanya gejolak yang tengah terjadi di dalam negeri serba rahasia dan tertutup itu.

Cha menyebut ada sesuatu yang tak normal di dalam Korut sehingga sampai-sampai Jong Un harus mengeksekusi orang dekat, dalam hal ini pamannya sendiri. (BBC/AP/AFP/REUTERS)