Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filipina Berlakukan Jam Malam di Kota Tacloban

Kompas.com - 13/11/2013, 08:57 WIB
KOMPAS.com — Pemerintah Filipina memberlakukan jam malam, mengerahkan kendaraan bersenjata, dan membangun pos-pos pemeriksaan guna membantu mengakhiri penjarahan di kota yang porak-poranda diterjang topan Haiyan pekan lalu.

Menteri Dalam Negeri Filipina Mar Roxas mengatakan, empat kendaraan pengangkut personel lapis baja telah dikerahkan untuk menghentikan penjarahan dan membantu memulihkan hukum dan ketertiban, sehari setelah ratusan tentara dan polisi Filipina dikirim ke kota Tacloban.

"Kendaraan lapis baja akan berkeliling di kota Tacloban untuk menunjukkan kepada warga, terutama yang memiliki niat jahat kalau pemerintah kembali ada di kota Tacloban," kata Roxas kepada radio lokal.

Roxas menambahkan, kehadiran polisi, militer, dan pemerintah akan sangat membantu memperbaiki situasi, tetapi tidak akan sampai malam. Jam malam menurutnya akan diberlakukan mulai pukul 22.00 sampai 06.00 pagi.

"Ini merupakan cara yang kita gunakan untuk meminimalkan penjarahan dan perampokan. Kita tahu ada beberapa warga berusaha pulang ke rumah selama jam malam berlaku karena rumah mereka porak-poranda, tetapi ini cara yang lebih efektif melawan preman yang berkeliaran, yang berusaha memanfaatkan keadaan," katanya.

Roxas juga mengatakan, pihaknya juga telah mendirikan sejumlah titik pemeriksaan untuk membantu menghentikan orang-orang mengerumuni truk bantuan.

Sebuah badan bencana nasional resmi didirikan di Filipina untuk memperkuat upaya penanganan badai lain di depan yang tampaknya akan menghambat upaya bantuan yang saat ini masih sulit diupayakan.

Untuk mempercepat pasokan bantuan, Roxas mengatakan, departemen pekerjaan umum telah membersihkan setidaknya satu lajur jalan raya untuk memasuki kota. Diharapkan, insiden penjarahan akan berkurang karena bantuan makanan akan segera mengalir ke daerah terpencil.

Roxas mengatakan, pemerintah memiliki tiga prioritas, yaitu memulihkan kedamaian dan pemerintahan, mengirimkan bantuan, dan mulai mengangkat mayat.

"Saat ini, kita telah berhasil mencapai prioritas nomor satu dan dua, dan prioritas saat ini adalah pemulihan jenazah," katanya.

Sampai saat ini, belum jelas ke mana para warga akan dikumpulkan. Kota Tacloban, di Provinsi Leyte, Jumat lalu diterjang badai kategori lima. Sedikitnya, 10.000 orang tewas. PBB memperkirakan jumlah korban tewas masih akan bertambah dan mengumumkan dana bantuan darurat bencana sebesar 25 juta dollar AS.

Tacloban sebelumnya dikenal sebagai kota pantai yang hidup, merupakan ibu kota provinsi yang terletak sekitar 580 kilometer sebelah tenggara Manila dan merupakan rumah bagi 220.000 orang. Pasca-diterjang bencana badai, kawasan itu juga menjadi lokasi penjarahan besar-besaran. Warga selamat yang sangat membutuhkan makanan dan obat-obatan merampok konvoi bantuan yang membuat upaya bantuan menjadi semakin terhambat.

Korban juga melaporkan adanya geng yang mencuri barang-barang konsumen, termasuk televisi dan mesin cuci dari toko-toko kecil.

Supertopan Haiyan—merupakan salah satu badai terkuat yang pernah tercatat diikuti gelombang tsunami dan angin kencang merobek sebagian besar wilayah kepulauan, dan meninggalkan korban tanpa apa pun—meratakan bangunan dan melumpuhkan pasokan listrik dan air.

Koresponden ABC untuk Asia Tenggara, Zoe Daniel, menggambarkan kerusakan di Tacloban. "Jalanan masih sulit ditembus, kita harus menaiki mobil dan bus yang saling bertabrakan diterjang angin dan tersapu badai," paparnya.

"Mayat-mayat masih berserakan di sisi jalan dan belum dievakuasi. Warga berlindung di bawah apa pun yang mereka temukan dan bisa digunakan untuk berlindung. Warga yang selamat sangat frustrasi karena tidak memiliki makanan dan minuman."

Bantuan internasional tengah dikerahkan. Amerika mengirimkan pesawat pengangkut yang membawa bantuan yang diharapkan akan tiba dalam waktu 48 hingga 72 jam, sementara Inggris mengirimkan kapal angkatan lautnya untuk membantu membuat air minum dari air laut dan pesawat pengangkut militer.

Lebih dari 2.000 pekerja Palang Merah telah bekerja membantu negara itu menghadapi situasi yang oleh Palang Merah dilukiskan sebagai "bencana kemanusiaan utama".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com