Salin Artikel

KALEIDOSKOP: 5 Aksi Teror yang Terjadi di Dunia Sepanjang 2019

Serangan itu memberikan kesedihan, namun juga kisah-kisah heroik ketika para korban melindungi korban lain, meski itu melukai atau bahkan menewaskan mereka.

Berikut merupakan lima serangan teror yang terjadi di berbagai penjuru dunia dalam kaleidoskop 2019 yang dirangkum Kompas.com.

1. Serangan Bom Bunuh Diri di Gereja Katolik Filipina
Korban Tewas: 20 Orang

Pada pagi hari 27 Januari 2019, dua bom bunuh diri menghantam gereja Katolik, Katedral Our Lady of Mount Carmel di Jolo, Filipina.

Sebanyak 20 orang, dengan 14 di antaranya merupakan warga sipil, tewas dalam serangan tersebut. Adapun 102 lainnya terluka.

Menteri Dalam Negeri Eduardo Ano menyatakan, pelaku bom bunuh diri disebut merupakan pasangan suami istri asal Indonesia.

Dalam pernyataannya 1 Februari, Ano menjelaskan pasutri itu dibantu kelompok Abu Sayyaf yang bertindak sebagai pemandu.

Dua pengebom bunuh diri itu sempat salah diidentifikasi sebagai warga Malaysia, dengan salah satunya mempunyai nama samaran Abu Huda.

Kepala Polisi Filipina Oscar Albayalde menerangkan, keduanya disebut berlayar dari Pulau Lampingan, di mana mereka tinggal beberapa hari.

Pada Juli, Polri melalui Karo Penmas Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengonfirmasi pasutri Indonesia jadi pelaku bom bunuh diri.

"Ternyata pelaku bom bunuh diri di Filipina adalah dua orang Indonesia atas nama Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh.

Dedi mengatakan, identitasnya keduanya terungkap setelah polisi menangkap terduga teroris berinisial N di Padang, dan Y yang dibekuk di Malaysia pada awal Juni.

Pasca-serangan, Manila merespons dengan menerjunkan 5.000 tentara elite, dengan pencarian dibantu menggunakan helikopter tempur.

2. Penembakan di Masjid Selandia Baru
Korban Tewas: 51

Dia penembakan massal mengerikan terjadi di Christchurh, di mana si teroris menyerang jemaah di dua masjid yang tengah melaksanakan Shalat Jumat.

Serangan yang terjadi pada 15 Maret 2019 itu menargetkan Masjid Al Noor yang berada di pinggiran Riccarton, dan Linwood.

Sebanyak 51 orang tewas dalam insiden tersebut. 42 korban di antaranya berada di Al Noor, tujuh di Linwood, dan dua di Rumah Sakit Christchurch.

Pelaku yang sempat menyiarkan aksinya secara langsung di Facebook ditabrak oleh polisi di Sydenham, 21 menit setelah laporan pertama muncul.

Si teroris diketahui bernama Brenton Tarrant. Seorang pria berusia 28 tahun yang besar di Grafton, New South Wales, Australia.

Teroris itu disebut sengaja datang dari Negeri "Kanguru" untuk melakukan aksinya, dan sempat merilis manifesto alasanya melakukan penembakan di masjid.

Melalui manifestonya itu, terungkap pelaku teror sudah merancang aksi kejinya sejak dua tahun terakhir, sebelum menetapkan lokasinya di Christchurh tiga bulan sebelumnya.

Pemerintah Selandia Baru bergerak cepat dengan berbagai kebijakan yang kemudian mendatangkan pujian dari seluruh dunia.

Di antaranya, Perdana Menteri Jacinda Ardern berjanji dia tidak akan mengucapkan nama si teroris, dan meminta publik melakukan hal sama.

Tak hanya itu. Wellington juga menerapkan kebijakan membeli senjata api tipe militer dan semi-militer seperti yang digunakan teroris.

Hingga akhir tahun ini, The Independent memberitakan lebih dari 50.000 pucuk senapan semi-otomatis diserahkan kepada otoritas berwajib.

3. Teror Bom Bunuh Diri Saat Paskah di Sri Lanka
Korban Tewas: 259

Pada misa Paskah yang berlangsung pada 21 April 2019, terjadi serangan bom bunuh diri yang menghantam enam tempat di Sri Lanka.

Serangan yang terjadi di tiga gereja dan tiga hotel mewah di Sri Lanka itu membunuh 259 orang, termasuk 45 warga negara asing.

Berdasarkan penuturan pemerintah, terdapat tujuh pelaku bom bunuh diri yang berasosiasi dengan National Thowheeth Jamaath.

Dua di antara tujuh pelaku diketahui merupakan kakak beradik yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang di daerahnya.

Kelompok tersebut sebelumnya dianggap bertanggung jawab dalam serangan terhadap penganut Buddha dan Sufi, serta bersekutu dengan ekstremis asing.

Menteri Pertahanan Ruwan Wijewardene dalam pidatonya di parlemen pada 23 April berkata, Colombo yakin serangan itu adalah pembalasan atas penembakan massal di masjid Selandia Baru.

Publik menyoroti kinerja pemerintah karena sebelumnya, diketahui mereka pernah mendapat peringatan akan serangan tersebut.

Wakil Presiden Dewan Muslim Sri Lanka Hilmy Ahamed mengaku, tiga tahun lalu dia sempat memperingatkan intelijen akan National Thowheeth Jamaath.

Bahkan, intelijen India juga sempat melontarkan peringatakan akan adanya rencana serangan itu pada 4 April, atau 17 hari sebelumnya.

Peringatan itu bahkan berulang hingga dua jam sebelum insiden, di mana India membeberkan lokasi dan metode serangan kepada Colombo.

Imbas dari serangan itu, pemerintah merilis sejumlah larangan. Di antaranya adalah pelarangan penggunaan burqa hingga memblokir media sosial.

4. Penembakan Massal di El Paso, Texas, AS
Korban Tewas: 22

Warga yang tengah berbelanja di Walmart El Paso, Texas, pada 3 Agustus 2019 terkejut ketika penembakan massal terjadi.

Pemuda 21 tahun bernama Patrick Crusius dari Allen, memberondongkan senapannya ke arah pengunjung, dan menewaskan 22 di antaranya.

Crusius ditangkap tak lama setelah menyerang Walmart, dengan polisi menerangkan dia sempat merilis manifesto tindakannya.

Pemuda itu menyebut dia terinspirasi dari penembakan massal di masjid Selandia Baru, dan mengkritik adanya "pekerja asing" di AS.

Pada 3 September, Walmart mengumumkan mereka tidak akan menjual amunisi untuk senapan serbu di jaringan toko mereka di seantero AS.

5. Penembakan Massal di Dayton, Ohio, AS
Korban Tewas: 10

Sekitar 13 jam setelah insiden di El Paso, penembakan massal yang memilukan juga terjadi di Dayton, Ohio, pada 4 Agustus.

Pelaku yang bernama Connor Stephen Betts memuntahkan peluru dari pistol Remington .223 bergaya AR-15, dilengkapi 100 peluru.

Aksinya dimulai pukul 01.05 waktu setempat, di mana Betts menembaki Ned Peppers Bar di Oregon Historic Ditric, dan membunuh 9 orang.

Berdasarkan keterangan Kepala Polisi Dayton Richard Biehl, anggotanya datang 20 detik setelah penembakan massal terjadi.

Dalam rentang waktu 32 detik saat penyerangan, pemuda 24 tahun itu ditembak mati oleh polisi yang berada di lokasi.

Laporan otopsi yang dirilis 6 Desember menunjukkan, terdapat 30 peluru yang bersarang di tubuh pelaku teror tersebut.

Dalam investigasi polisi, terungkap Betts sempat mempunyai "daftar korban" yang ingin dia bunuh pada 2012 silam.

Mantan teman sekelas SMA Bellbrook mengungkapkan, Betts pernah menjadi korban perundungan dan berjanji bakal menyerang sekolahnya.

Selain itu pada 4 Agustus, polisi dan FBI menyatakan pelaku begitu tertarik pada penembakan massal, dan ingin melakukannya.

Pada 15 Agustus, bagian koroner Montgomery County menuturkan dalam sistem darah Betts terdapat kandungan kokain, alkohol, dan Xanax.

https://internasional.kompas.com/read/2019/12/30/21451221/kaleidoskop-5-aksi-teror-yang-terjadi-di-dunia-sepanjang-2019

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke