Salin Artikel

Tarik Mata-mata dari Rusia, AS Alami "Kebutaan"

Si agen rahasia yang disebut punya akses ke ruangan Presiden Vladimir Putin itu sudah memberikan informasi bagi intelijen AS selama 10 tahun terakhir.

Informasi utama yang diberikan oleh si agen rahasia adalah isu Putin memerintahkan langsung intervensi Negeri "Beruang Merah" di Pilpres AS 2016.

Si mata-mata disebut menangani infrastruktur keamanan nasional. Bahkan, dia bisa mengirim gambar dokumen apa saja yang ada di meja Presiden Putin.

Merujuk kepada pemberitaan The New York Times Senin (9/9/2019), mata-mata yang tak disebutkan identitasnya itu merupakan "aset" bagi CIA yang paling berharga.

Karena itu berdasarkan penuturan sumber kepada CNN seperti dikutip AFP Selasa (10/9/2019), ekstraksi (penarikan) si agen membuat intelijen AS "buta".

Sebabnya, mereka tidak bisa mengakses internal Rusia saat pemilu sela yang terjadi November 2018. Begitu juga Pilpres AS yang akan berlangsung 2020 mendatang.

Sumber internal Washington mengatakan, mereka mempertimbangkan Rusia sebagai salah satu ancaman bagi keamanan nasional AS, bersama dengan China.

Karena itu, keputusan menyelamatkan si mata-mata dari Rusia membuat mereka tidak bisa menerima informasi level tinggi di tengah tensi dua negara yang memanas.

"Dampaknya bakal sangat besar karena sangat sulit mengembangkan sumber yang bisa mendapatkan kepercayaan di lingkaran dalam penguasa, khususnya Rusia," terang pejabat anonim itu.

Pejabat itu menjelaskan di Rusia, sektor pengawasan dan keamanan begitu ketat diterapkan. "Kemampuan menyusup itu tidak bisa didapatkan hanya dalam semalam," terangnya.

The Times melaporkan, intelijen AS sebenarnya sempat mengupayakan untuk memulangkan si informan pada akhir 2016. Namun, dia menolak dengan alasan keluarga.

Penolakan itu sempat membuat intelijen AS khawatir. Pasalnya, mereka sempat mengira si informan menjadi agen ganda. Namun pada 2017, dia lulus dan bersedia ditarik.

Presiden Donald Trump sudah menerima informasi adanya prosedur penyelamatan itu, dengan detil hingga keberadaan si informan saat ini tidak diketahui.

Keputusan untuk menarik si mata-mata terjadi setelah Trump menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Duta Besar Rusia untuk AS, Sergey Kislyak.

Dalam pertemuan di Ruang Oval Mei 2017 itu, Trump sempat menyinggung tentang si agen rahasia meski tidak menyebutkan identitasnya kepada Lavrov dan Kislyak.

Diskusi itu dilaporkan membuat intelijen AS ketar-ketir, hingga puncaknya mereka membahas operasi untuk menarik mata-mata tersebut dari Rusia.

Direktur hubungan publik CIA Brittany Bramell kemudian merespons dengan membantah laporan tersebut, dan menyanggah Trump punya akses akan informasi sangat rahasia itu.

"Narasi CNN bahwa CIA menggelar operasi hidup dan mati berdasarkan sebuah analisis obyektif dan koleksi data seadanya sangatlah salah," tegas Bramell.

https://internasional.kompas.com/read/2019/09/10/16111491/tarik-mata-mata-dari-rusia-as-alami-kebutaan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke