Salin Artikel

"Bohemian Rhapsody" dan Kisah Para Petarung

Pertama, eksodus penduduk Honduras  menuju Amerika Serikat. Inilah perjalanan panjang lebih dari lima ribu orang melintasi tiga negara menuju tanah terjanji Amerika Serikat yang berjarak empat ribu lima ratus kilometer.

Foto dan cuplikan video yang memperlihatkan anak-anak, wanita hamil, dan orang-orang dengan alas kaki jebol yang berjalan beriringan, tentu menguras air mata kita. Mereka para imigran yang akan bertarung di tanah terjanji.

Adapun tanah terjanji (Amerika Serikat) sudah membentangkan pagar kawat berduri nan tebal dengan ribuan tentara di belakang kawat itu untuk mencegah kehadiran ribuan imigran.

Kedua, pemutaran film "Bohemian Rhapsody" yang menceritakan perjalanan biopik grup musik Queen dengan bintangnya Freddie Mercury.

Sepekan setelah penayangan perdana, "Bohemian Rhapsody" langsung menjadi pemuncak film terlaris dengan pendapatan global sekitar Rp 1,8 triliun.

Seperti membungkam para kritikus yang meramalkan film ini akan jeblok di pasaran, "Bohemian Rhapsody" justru menjadi perbincangan ramai di jagat sosial. Generasi 70 hingga 90'an yang karib dengan lagu-lagu Queen menyesaki bioskop.

Tidak itu saja, film ini menjadi tontonan keluarga karena para penonton juga mengajak anak-anaknya untuk menyaksikan kisah Freddie Mercury, sang petarung sejati dengan segala kontroversinya.

Sosok Freddie Mercury bersama Queen memang fenomenal. Lagu-lagunya sampai hari ini tetap laris didengar penikmat musik lintas generasi.

"We Are The Champion" menjadi lagu wajib penutup acara-acara olahraga dan dinyanyikan penonton satu stadion.

Penonton konser supergroup Green Day sebelum konser dimulai selalu bernyanyi bersama "Bohemian Rhapsody" tanpa ada komando. Di pub atau bar menjadi semarak ketika "We Will Rock You" didendangkan.

Dan, kisah tentang Freddie Mercury yang bernama asli Farrokh Bulsara melengkapi cerita kemasyhuran Queen.

Freddie Mercury adalah petarung sejati. Ia menaklukkan Inggris dan kemudian dunia dengan tiga minoritas yang disandang: imigran dari Zanzibar, keluarganya penganut Zoroaster, dan homoseksual.

Ditambah dengan empat gigi depannya yang menonjol, menjadikan Freddie Mercury sosok pecundang apabila tiada jiwa petarung dalam dirinya.

Freddie memulai karier sebagai petugas pengangkat koper di Bandara Heathrow, London. Penggemar Jimmy Hendrik ini sering melewatkan hari di kelab malam di mana  gitaris Brian May dan drummer Roger Taylor sering memainkan musik.

Tertarik dengan grup yang digawangi May dan Taylor, ia menyatakan diri bergabung. Sejak April 1970, Freddie menjadi penyanyi tetap dan tahun 1971 ketika John Deacon bergabung sebagai bassist, grup musik ini diberi nama Queen.

Sejarah kemudian mencatat, Queen menjadi salah satu grup rock terbesar sepanjang masa.

Adalah penulis buku mega best seller Malcolm Gladwell dengan bukunya bertajuk Outliers – The Story of Success. Selaras dengan subjudulnya, buku ini memang menceritakan orang-orang sukses--oleh Gladwell disebut outliers--dengan berbagai profesi dan latar belakang.

Para outliers ini sepertinya mustahil dengan pencapaiannya yang fenomenal. Mereka berasal dari kalangan kebanyakan. Bahkan, beberapa di antara outliers ini menderita cacat bawaan.

Menurut Gladwell, kaum petarung ini sukses karena memiliki tiga keutamaan: bakat, dukungan lingkungan, dan kerja keras.

Bakat seperti sudah jamak diketahui merupakan hak prerogratif yang dimiliki Tuhan. Setiap orang dikaruniai bakat masing-masing.

Dukungan lingkungan bersifat netral. Artinya, seseorang tidak bisa memilih sekaligus kemudian bisa memutuskan untuk memilih.

Orang lahir dari orangtua siapa, dia tidak bisa memilih. Pun dibesarkan dalam lingkungan seperti apa, ia juga tidak berdaya untuk memilih karena memang seperti itu lingkungan kehidupan orangtua (atau yang membesarkannya).

Namun, agar ia sukses sehingga perlu dukungan orang-orang sukses dan lingkungan yang kondusif, ia dapat memilih.

Syarat sukses ketiga bernama kerja keras adalah pilihan pribadi. Orang lain hanya bisa membantu. Mau kerja keras atau sebaliknya, ia yang menentukan.

Freddie kecil bersekolah di sekolah Katolik di Mumbay, India. Ketika orang tuanya bermigrasi ke Inggris, ia melanjutkan kuliah di Ealing Art College jurusan art and graphic design.

Benar bahwa ia memiliki bakat untuk mendesain gambar, bahkan pakaian. Namun, minatnya yang tinggi terhadap musik membuat bakatnya dialihkan dari desain ke musik.

Hal demikian selaras dengan hobinya ketika masih SMP, ia membentuk grup musik dan memainkan lagu-lagu rock and roll.

Suara Freddie bisa melengking tinggi sampai empat oktaf. Bakat bermusik ini yang membuat Freddie setiap malam mampir ke bar dan pub untuk mendengarkan band memainkan musik.

Dukungan lingkungan didapat karena ia bermigrasi ke Inggris, negara di mana melahirkan dua grup musik terkenal sepanjang masa: The Beatles dan Rolling Stones.

Pada saat itu juga muncul Jimmy Hendrik, warga Amerika yang memilih bermusik di Inggris dan kelak menjadi kiblat para musikus rock.

Pertemuan Freddie dengan Brian May dan Roger Taylor kemudian disusul oleh John Deacon, lalu mereka membentuk Queen, merupakan dukungan lingkungan paling besar untuk Freddie.

Tidak mudah menemukan sahabat manakala para sahabatnya tersebut memahami dan menerima dengan utuh kelainan seksual Freddie Mercury.

Tidak kalah penting, dan ini oleh Malcolm Gladwell menjadi prasyarat paling utama untuk menjadi outliers, adalah kerja keras.

Gladwell menuturkan bahwa The Beatles menjadi luar biasa karena ia memiliki kesempatan bermain musik dengan waktu panjang di sebuah pub di Jerman. Rumus sepuluh ribu jam latihan sebagai syarat kesuksesan dilewati oleh The Beatles.

Sama dengan Freddie Mercury, ia bekerja keras dengan melewati sepuluh ribu jam untuk bernyanyi dan terus bernyanyi di berbagai kesempatan.

Menembus sepuluh ribu jam--yang artinya perlu kerja ekstra keras--menjadikan Freddie (dan para petarung sukses lainnya) mampu menjadi maestro.

Ada 4.500 penyintas dari Honduras yang melewati tiga negara menuju Amerika Serikat. Dari ribuan penyintas itu, pasti sebagian akan menjadi outliers.

Seperti Freddie Mercury, yang kelak menjadi outliers, hari ini bertarung untuk menggapai impiannya.

Sejarah kelak akan mencatat dengan tinta emas para petarung sejati tersebut yang sukses di tanah terjanji, Amerika Serikat.

https://internasional.kompas.com/read/2018/11/11/11290031/-bohemian-rhapsody-dan-kisah-para-petarung

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke