Salin Artikel

Kisah di Balik "Kudeta" terhadap Mantan PM Australia Mulai Terkuak

Sumber-sumber ABC mengungkapkan, dalam periode "satu minggu yang menegangkan" di akhir Agustus 2018, para pendukung Peter Dutton sering memasuki kantor politisi Partai Liberal lainnya tanpa diundang.

Mereka menolak keluar sebelum anggota yang didatangi itu menandatangani dukungan bagi digelarnya pemilihan pimpinan partai yang baru.

Salah satu sumber menyebutkan, setelah sedikit bertengkar barulah mereka mau meninggalkan ruangan.

Tekanan kubu Dutton juga dilakukan di ruang rapat Parlemen memaksa politisi faksi pemerintah lainnya untuk mendukung petisi tersebut.

Malcolm Turnbull yang saat itu masih menjabat perdana menteri, justru menuntut adanya dukungan minimal 43 nama politisi sebelum menyetujui digelarnya pemilihan pimpinan.

Informasi yang diperoleh ABC menyebutkan para politisi Liberal itu diancam mengenai masalah pencalegan dalam pemilu mendatang, jika tidak mendukung Dutton.

Mereka pun dipaksa menunjukkan surat suara yang telah diisi sebagai bukti dukungan, meski sifat pemilihan itu digelar tertutup.

Namun, Dutton akhirnya kalah suara dari Scott Morrison, 40 berbanding 45. Morrison pun terpilih jadi ketua baru Partai Liberal sekaligus perdana menteri Australia.

Tak lama setelah itu, anggota DPR Partai Liberal Julia Banks mengumumkan dirinya tidak akan ikut pemilu lagi setelah mengalami intimidasi.

Sementara, Senator Partai Liberal Lucy Gichuhi melontarkan ancaman untuk menyebutkan dan mempermalukan koleganya yang melakukan intimidasi selama "kudeta" gagal tersebut.

Di sisi lain, Senator Gichuhi sudah terdegradasi sebagai caleg di salah satu dapil yang tak mungkin dimenangkan Partai Liberal dalam pemilu mendatang.

Anggota parlemen perempuan lainnya termasuk Sarah Henderson dan Linda Reynolds juga diketahui mengalami tekanan selama "kudeta" tersebut.

Sementara Menteri Urusan Wanita Kelly O'Dwyer berbicara kepada anggota parlemen lainnya, dan menyebut mereka menjadi sasaran ancaman dan intimidasi.

Menteri Urusan Kabinet Mathias Cormann, salah satu mendukung Dutton, mengatakan taktik Malcolm Turnbull menjelang pemilihan itu justru menambah tekanan bagi rekan-rekannya.

"Tak ada salahnya meyakinkan satu sama lain. Namun harus dilakukan dengan sopan dan terhormat," katanya kepada Sky News.

Beberapa pendukung Dutton lainnya, termasuk Andrew Hastie, Michael Sukkar, James Paterson, Zed Seselja, Tony Pasin dan Jonathon Duniam, membantah terlibat bullying.

Senator Seselja mengaku tidak melihat adanya bukti intimidasi, namun tidak menepis tuduhan itu.

Julie Bishop yang tergeser dari posisi sebagai wakil ketua Partai Liberal, pekan ini menyatakan jumlah politisi perempuan di partainya yang tak sampai 25 persen itu tidak dapat diterima.

Dia mengatakan adanya perilaku buruk di kalangan rekan politisi lainnya yang ditunjukkan selama "kudeta" tersebut.

Namun pandangannya ini dibantah politisi perempuan lainnya di Partai Liberal.

Senator Concetta Fierravanti-Wells misalnya, membantah adanya intimidasi tersebut. Begitu juga politisi Liberal lainnya, Helen Kroger, yang mengatakan politik memang bukan untuk semua orang.

Saat ini hanya 22 perempuan dari 106 politisi Partai Koalisi Liberal dan Nasional di Australia. Dalam pemilu mendatang, jumlah ini bahkan dipastikan menurun.

Partai Liberal Australia telah menolak adanya kuota perempuan di parlemen.

Namun, kudeta terhadap Malclom Turnbull bulan lalu telah mendorong segelintir politisi perempuan di partai itu untuk berbicara terbuka.

https://internasional.kompas.com/read/2018/09/07/21083591/kisah-di-balik-kudeta-terhadap-mantan-pm-australia-mulai-terkuak

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke