Salin Artikel

Pemilu Malaysia: "Veni, Vidi, Vici" ala Mahathir Mohamad

Demikian pernah dikatakan Mahathir Mohamad dalam salah satu kampanyenya menjelang pemilihan umum Malaysia yang digelar pada Rabu (9/5/2018).

Mengusir pencuri menjadi salah satu alasan yang disampaikan Mahathir soal keputusannya kembali ke dunia politik.

Kini, hasil pemungutan suara memihak pria yang akrab disapa Dr M itu. Dan, Mahathir tinggal selangkah lagi resmi menjadi kepala pemerintahan tertua di dunia.

Di usianya yang 92 tahun, Mahathir kembali ke dunia politik yag ditinggalkannya selama 15 tahun setelah 22 tahun menduduki jabatan perdana menteri.

Dia beralasan, keputusannya turun gunung adalah cara memperbaiki "kesalahan terbesar dalam hidupnya", yaitu naiknya Najib Razak menjadi orang nomor satu di pemerintahan Malaysia.

Geram dengan perilaku Najib dan Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Mahathir justru memimpin kelompok yang dulu menjadi rivalnya, Pakatan Harapan, ke medan perang.

Mahathir bergabung dengann UMNO dalam usia 21 tahun lalu melakoni praktik dokter selama tujuh tahun di kampung halamannya Kedah sebelum menjadi anggota parlemen pada 1964.

Pada 1969, Mahathir kehilangan kursinya dan dikeluarkan dari partai setelah menulis surat terbuka yang menyerang perdana menteri saat itu, Tunku Abdul Rahman.

Mahathir kemudian menulis buku kontroversial berjudul "The Malay Dilemma". Dalam bukunya, Mahathir berpendapat etnis Melayu di Malaysia telah termarjinalisasi dan dipaksa menjadi warga kelas dua.

Pendapat kontroversialnya itu ternyata sejalan dengan pemikiran para politisi muda UMNO yang kemudian memasukkannya kembali ke dalam keanggotaan partai.

Pada 1974, Mahathir terpilih menjadi anggota parlemen dan kemudian ditunjuk menjadi menteri pendidikan.

Karier politiknya terus melesat dan hanya dalam empat tahun, Mahathir sudah menduduki jabatan wakil ketua UMNO dan pada 1981 menjadi perdana menteri Malaysia.

Di bawah kendalinya, Malaysia berubah menjadi salah satu macan perekonomian Asia pada dekade 1990-an.

Kebijakan Mahathir dikenal amat otoriter tetapi pragmatis justru memenangkan hati rakyat Malaysia, meski terkadang kebijakannya dianggap melanggar hak asasi manusia.

Banyak politisi oposisi dipenjara tanpa diadili di bawah undang-undang kontroversial Internal Security Act (ISA).

Salah satu yang menjadi korban adalah Anwar Ibrahim yang dipecat karena dituduh melakukan korupsi dan sodomi.

Anwar akhirnya dipenjara karena dianggap terbukti melakukan sodomi di saat dia menyerukan adanya reformasi politik dan ekonomi pada 1998.

Selain mendapat dukungan warganya, Mahathir juga amat dikenal di dunia internasional akibat pernyataan-pernyataan kerasnya terhadap Barat.

Salah satu contohnya, beberapa hari sebelum lengser pada Oktober 2003, Mahathir membuat sejumlah pemerintah Barat dan kelompok Yahudi geram karena menyebut "komplotan rahasia" Yahudi menguasai dunia.

"Saya kecewa karena belum memenuhi tujuan saya yang membuat ras saya menjadi ras yang sukses dan dihormati," kata Mahathir saat dia lengser dari jabatannya.

Meski meninggalkan dunia politik, sebenarnya Mahathir bukan sama sekali pensiun dari dunia yang membesarkan namanya itu.

Secara terang-terangan dia mengkritik penerusnya Abdullah Badawi dan setelah hasil pemilu yang mengecewakan bagi UMNO pada 2008, Mahathir meninggalkan partai yang banyak diartikan sebagai tekanan agar Abdullah Badawi turun dari jabatannya.

Alhasil, Badawi pun lengser yang sekaligus membukakan jalan bagi Najib Razak.

Awalnya, Mahathir sangat mendukung Najib. Namun semua berubah ketika mega-skandal korupsi dan suap 1MDB menyeruak pada 2015.

Saat itu, Mahathir kembali bersuara. Dia menggalang loyalisnya di UMNO untuk menekan agar Najib diperiksa terkait skandal 1MDB itu.

Saat tekanan politik tersebut tak berbuah, Mahathir bersama sejumlah petinggi UMNO meninggalkan partai itu dan menyeberang ke kelompok oposisi.

Pada Januari lalu Mahathir mengumumkan niatnya bertarung dalam pemilu. Dan pada 9 Mei 2018dia mencatat kemenangan bersejarah dengan mengalahkan koalisi Barisan Nasional yang sudah berkuasa di Malaysia selama 60 tahun.

Hal mengejutkan lainnya adalah Mahathir mengakui telah banyak melakukan kesalahan di masal lalu, termasuk memecat Anwar Ibrahim.

Upayanya berdamai dengan Anwar Ibrahim sempat menjadi bahan cercaan Najib Razak yang menyebutnya sebagai "aktor nomor satu", tetapi Mahathir terus berjalan.

Bukti berdamainya Mahathir dengan Anwar Ibrahim adalah keputusannya untuk hanya menjabat perdana menteri selama dua tahun sebelum menyerahkan kursinya kepada Anwar Ibrahim.

Kini apapun yang dikatakan tentang Mahathir, faktanya dia memenangkan pemilihan umum Malaysia dengan cara yang amat luar biasa.

Kemenangan Mahathir ini sesuai seperti perkataan Julius Caesar yang amat terkenal, "Veni Vidi Vici".

Mahathir datang, Mahathir melihat, dan Mahathir menang. 

https://internasional.kompas.com/read/2018/05/10/11121901/pemilu-malaysia-veni-vidi-vici-ala-mahathir-mohamad

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke