Salin Artikel

Mengintip Hutan Aokigahara di Jepang, Tempat Sempurna untuk Mati

Hutan itu memang terkenal di Jepang sebagai lokasi bunuh diri. Jumlah korban bunuh diri di hutan tersebut tidak pernah dipublikasikan agar tempat itu tidak semakin populer.

Secara keseluruhan, jumlah korban bunuh diri di Jepang cukup tinggi. Jepang juga termasuk 10 negara dengan rata-rata bunuh diri tertinggi di dunia.

Berdasarkan catatan resmi, terdapat 21.897 orang yang meninggal akibat bunuh diri di Jepang pada 2016. Angka itu termasuk yang paling rendah selama 20 tahun terakhir.

Hutan Aokigahara terletak di bagian barat laut Gunung Fuji, sekitar 100 kilometer sebelah barat Tokyo.

Dengan luas 30 kilometer persegi, hutan tersebut cukup subur akibat curahan lahar yang berasal dari Gunung Fuji yang meletus pada 864.

Aokigahara kerap dikaitkan dengan kematian. Kawasan itu diyakini pernah digunakan untuk melakoni ritual "ubasute", sebuah ritus pengasingan diri manula ketika masa kelaparan dan musim kering melanda.

Sebagian orang Jepang masih percaya ada arwah-arwah yang bergentayangan di hutan itu.

Popularitas Aokigahara sebagai lokasi bunuh diri baru meningkat beberapa tahun terakhir.

Sebabnya? Beberapa pejabat Pemerintah Jepang menduga hal itu dipicu kemunculan Tower of Waves, novel karya Seicho Matsumoto terbitan 1961, yang berisi aksi bunuh diri sepasang kekasih di hutan Aokigahara.

Buku lain, The Complete Manual of Suicide (1993) karya Wataru Tsurumi, menggambarkan Aokigahara sebagai "tempat sempurna untuk meninggal dunia".

Buku itu terjual jutaan eksemplar. Wataru Tsurumi menggambarkan Aokigahara sebagai "tempat sempurna untuk meninggal dunia" dalam bukunya.

Hutan Aokigahara juga memikat Hollywood. Ada setidaknya dua film yang terinspirasi oleh reputasi Aokigahara, yakni Sea of Trees (2015), yang dibintangi Mathhew McConaughey, dan film horor The Forest yang dirilis 2016.

Ada pula sejumlah acara televisi yang membahas Aokigahara di sejumlah negara.

Dengan pepohonan lebat dan hampir tidak ada binatang liar, Aokigahara merupakan tempat sunyi dan mencekam yang dipenuhi bebatuan dengan formasi janggal.

Di beberapa tempat, ada penanda dan peringatan berisi informasi konseling anti-bunuh diri. Sejumlah penanda bahkan berisi imbauan kepada pengunjung untuk merenungkan anugerah kehidupan.

Untuk mencegah potensi bunuh diri, Pemerintah Jepang mengerahkan petugas patroli dan memasang kamera pengawas.

Pemilik toko-toko di sekitar hutan juga bersedia sebagai relawan untuk mencegah bunuh diri.

Pemilik sebuah kedai kopi di pintu masuk hutan, misalnya, mengklaim kepada surat kabar Japan Times bahwa dia telah menggagalkan 160 aksi bunuh diri selama 30 tahun dengan mengamati pengunjung yang datang sendirian.

Sejumlah pakar mengamini kesendirian merupakan penyebab depresi dan bunuh diri di kalangan orang dewasa dan manula. Meski demikian, faktor stres dan keuangan juga menjadi pemicu bunuh diri di antara kaum muda.

Kepolisian Jepang menunjukkan data pada 2010, 57 persen dari semua korban bunuh diri melakukan aksi mereka setelah pulang kantor.

Khusus di Jepang, faktor pemicu lainnya adalah tradisi bunuh diri demi martabat dan kehormatan. Lagi pula, tiada budaya kecaman terhadap bunuh diri di negara tersebut.

Logan Paul, warga AS yang populer di Youtube, telah memicu perdebatan dengan menggunggah jasad korban bunuh diri. Cacian mengalir dan dia telah meminta maaf sekaligus menghapus video tersebut.

Akan tetapi, pembahasan soal bunuh diri masih terus berlanjut.

https://internasional.kompas.com/read/2018/01/09/14495431/mengintip-hutan-aokigahara-di-jepang-tempat-sempurna-untuk-mati

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke