Salin Artikel

Universitas yang Didirikan Warga AS di Pyongyang, Bagaimana Nasibnya?

Universitas Teknologi dan Sains Pyongyang ini adalah satu-satunya perguruan tinggi swasta di negeri tertutup itu.

Institusi yang berdiri pada Oktober 2010 itu didanai total oleh negara-negara asing, dan salah satunya adalah AS.  

Inisiatif pendirian universitas itu sendiri diprakarsai oleh kelompok evangelical atau misionaris Kristen dari AS yang melakukan misi kemanusiaan di Korut.

Universitas ini tidak berlokasi di lokasi sembarangan. Meski terletak di luar kota Pyongyang, pemerintah Korut sendirilah yang mengalokasikan area khusus untuk universitas tersebut.

Baca: Jumat Ini, "Travel Ban" Warga AS ke Korut Mulai Berlaku

Dibutuhkan izin khusus bagi komunitas akademik (civitas academica) universitas untuk bepergian ke Pyongyang.

Universitas itu memiliki sejumlah fakultas seperti fakultas bisnis, teknik, kedokteran, pertanian serta biologi dan bahasa asing.

Semua mata kuliah diajarkan dalam Bahasa Inggris dengan harapan dapat menciptakan generasi-generasi muda Korut yang dapat berkontribusi untuk kemajuan ekonomi negara itu.

Sejauh ini PUST demikian biasa universitas ini disingkat memiliki 500 mahasiswa pria dan 60 mahasiswi perempuan.

Dosen-dosen universitas sendiri kebanyakan berasal dari AS. Ada juga yang berasal dari China, Kanada, dan Inggris.

Travel ban AS

Namun, masa depan universitas ini menjadi suram setelah travel ban yang dikeluarkan pemerintah AS terhadap warganya untuk bepergian ke Korut.

Larangan bepergian yang dikeluarkan pemerintahan Donald Trump ini resmi berlaku Jumat pekan lalu.

Baca: Pyongyang: Kami Tak Peduli dengan "Travel Ban" AS

Perkuliahan semester baru sendiri telah dimulai kemarin Senin (4/9/2017) tanpa staf pengajar dari AS.

Larangan ini menjadi pukulan berat karena separuh dari 60-80 dosen berasal dari AS.

Mereka adalah profesor-profesor yang bersedia meluangkan waktunya untuk mendedikasikan diri mengajar di Korut.

Pendiri universitas itu, James Kim, dan rektornya, Park Chan-mo, yang berkewarganegaraan AS telah meninggalkan Pyongyang, Jumat lalu.

Sejauh ini universitas bergantung kepada 20-25 staf pengajar lain demikian disampaikan oleh Colin McCulloch, Direktur Hubungan Internasional PUST kepada The New York Times.

Universitas menyatakan akan mencoba merekrut staf pengajar lain di luar AS untuk mengatasi masalah pelik ini.

Washington menyatakan masih akan mempertimbangkan visa khusus untuk warganya yang bepergian ke Korut dalam rangka misi kemanusiaan dan kepentingan nasional.

Baca: Trump: Ancaman Kata-kata Tak Cukup untuk Korea Utara

PUST menyatakan akan mengajukan permohonan visa untuk staf pengajar AS dengan menggunakan pengecualian itu.

Sejauh ini pengoperasian universitas berjalan lancar walau pertanyaan menyelimuti masa depan eksperimen pendidikan yang unik ini.

Tidak ada masalah berarti yang muncul kecuali dua orang relawan universitas ditahan aparat Korut tahun ini dengan alasan tindakan yang tidak bersahabat terhadap rezim Kim Jong Un.

https://internasional.kompas.com/read/2017/09/05/18405541/universitas-yang-didirikan-warga-as-di-pyongyang-bagaimana-nasibnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke