Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait Operasi Merebut Mosul, PM Irak Tolak Bantuan Turki

Kompas.com - 23/10/2016, 11:52 WIB

BAGHDAD, KOMPAS.com - Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi, Sabtu (22/10/2016), menegaskan penolakannya terhadap keinginan Turki untuk berpartisipasi dalam operasi militer untuk merebut kota Mosul dari tangan ISIS.

Abadi bersikukuh, keterlibatan Turki di Irak tak diinginkan usai bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Ashton Carter yang berkunjung ke Baghdad untuk memantau perkembangan operasi militer yang sudah berlangsung enam hari.

"Saya paham Turki ingin berpartisipasi. Kami ucapkan terima kasih atas niat itu, tapi ini adalah masalah yang harus ditangani bangsa Irak dan bangsa Iraklah yang akan membebaskan Mosul," ujar Abadi.

"Kami tak memiliki masalah (dengan Turki). Jika kami butuh bantuan, kami akan meminta kepada Turki atau negara lain di kawasan ini," tambah Abadi.

Pada Jumat (21/10/2016), Menhan Ashton Carter mengunjungi Turki yang juga menjadi anggota NATO. Dalam kunjungannya itu Carter mengatakan, dia akan mengupayakan peran Turki di dalam operasi pembebasan Mosul.

Pemerintah AS adalah pendukung PM Abadi dan penyokong operasi militer Irak untuk merebut kembali wilayahnya yang hilang direbut ISIS pada 2014.

AS juga memimpin koalisi 60 negara yang sudah melakukan ribuan serangan udara terhadap ISIS dan melatih ribuan tentara Irak serta memberikan nasihat teknis di lapangan.

Sementara itu, Turki memiliki basis di wilayah utara Irak dan dalam kenyataannya sudah terlibat dalam operasi militer melawan ISIS di Irak.

Namun, PM Abadi berada di bawah tekanan rakyat untuk secara publik menolak kehadiran Ankara di wilayah Irak.

Sejumlah kelompok penting di dalam pemerintahan Irak menuduh Ankara bersekongkol dengan ISIS yang pernah menduduki sepertiga wilayah Irak.

Pada 17 Oktober lalu, PM Abadi mengumumkan dimulainya operasi militer besar-besaran untuk merebut Mosul, kota terbesar Irak sekaligus basis terakhir ISIS di negeri itu.

Operasi militer ini tak hanya yang terbesar selama beberapa tahun terakhir, tetapi operasi ini sangat rumit karena melibatkan banyak etnis dan kelompok agama di Irak, yang sebagian di antara mereka mendapat dukungan Turki dan Iran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com