BANGKOK, KOMPAS.com - Kepolisian Thailand dikabarkan menangkap dua orang yang diduga terkait serangkaian ledakan bom yang mengguncang lima provinsi di wilayah selatan negeri itu.
Serangkaian ledakan bom yang terjadi dua hari berturut-turut pada Kamis dan Jumat (11-12/8/2016), menewaskan empat orang dan melukai 35 orang lainnya.
Sejauh ini belum diperoleh informasi lebih lengkap terkait kedua orang yang ditahan itu, sementara penegak hukum Thailand kembali menegaskan serangan itu merupakan sebuah "sabotase lokal" dan bukan terorisme.
Wakil juru bicara Kepolisian Thailand, Mayor Jenderal Piyaphan Pingmuang mengatakan, di Thailand tak terjadi konflik terkait masalah antarsuku dan agama di antara etnis minoritas.
Piyaphan juga menegaskan sejauh ini Thailand juga tak pernah mengalami ancaman yang terkait dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Serangkaian ledakan bom itu, di Prachuap Khiri Khan, Phuket, Trang, Surat Thani dan Phangnga, juga tak terkait dengan pemberontakan tiga provinsi di wilayah selatan yaitu Yala, Pattani dan Narathiwat.
"Serangkaian ledakan itu berawal dari konflik internal dan ditujukan untuk menciptakan kekacauan," ujar Piyaphan mengulang pernyataan PM Prayut Chan-O-Cha.
Serangkaian serangan bom itu terjadi hanya beberapa hari setelah warga Thailand, lewat referendum, menyetujui rancangan konstitusi baru yang menurut junta militer akan membawa kestabilan bagi negeri itu.
"Namun, polisi juga belum menyimpulkan apakah serangan itu dilatarbelakangi hasil referendum atau konflik politik," lanjut Piyaphan.
Piyaphan menambahkan, "beberapa tersangka" saat ini sedang diperiksa tetapi dia enggan merinci jumlah tersangka yang ditahan itu.
Namun, sejumlah stasiun televisi Thailand menyebut polisi menahan dua orang yang diduga terlibat dalam serangkaian ledakan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.