Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Tahun Kematian Osama bin Laden, Apa Kabar Al Qaeda?

Kompas.com - 02/05/2016, 12:39 WIB

KOMPAS.com - Hari ini lima tahun lalu, pasukan elite AS, Navy Seals menggerebek rumah persembunyian pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden di Abottabad, Pakistan.

Seperti sudah diketahui, Osama tewas dalam penggerebekan itu. Amerika Serikat berharap tewasnya Osama akan menghancurkan kelompok Al Qaeda yang didirikannya. Benarkan demikian?

Lima tahun setelah Osama bin Laden tewas, organisasi Al-Qaeda memang mengalami sejumlah kemunduran namun sama sekali tak bisa dikatakan sudah tamat.

Meski kini posisinya sebagai sebuah organisasi militan yang ditakuti sudah digeser oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), tetapi Al Qaeda tetaplah sebuah organisasi yang menyimpan potensi bahaya.

Dengan aksinya dalam penyerangan majalah Charlie Hebdo di Paris tahun lalu dan serangkaian penembakan di Afrika Barat, Al Qaeda seakan menunjukkan mereka masih mampu melakukan serangan spektakuler yang menjadi "trade mark" organisasi ini.

Selain itu, kekuatan Al Qaeda masih terlihat di berbagai medan konflik seperti Yaman dan Suriah, bahkan kelompok ini masih mampu menguasai sejumlah wilayah dan menjadikan mereka alternatif dibanding ISIS yang sangat brutal.

Memang kematian Osama pada 2 Mei 2011 membuat organisasi yang dibentuknya pada akhir 1980-an itu mengalami pukulan telak ditambah sebagian besar anggota dan pimpinannya tewas atau ditangkap pasukan AS.

Meski saat ini kursi kosong yang ditinggalkan Al Qaeda sudah diisi Ayman al-Zawahiri namun nampaknya pria ini belum mampu menandingi kharisma dan kemampuan memimpin mendiang Osama bin Laden.

Alhasil, perselisihan dan perpecahan muncul di dalam tubuh Al Qaeda yang puncaknya adalah ketika cabang organisasi ini di Irak menyatakan memisahkan diri dan membentuk organisasi baru yang kini dikenal dengan nama Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dengan cepat ISIS menjadi sebuah organisasi bersenjata yang mumpuni karena banyak diperkuat para veteran angkatan darat Irak serta merekrut banyak anggota baru dari seluruh dunia.

ISIS kemudian mengejutkan dunia setelah melakukan "blitzkrieg" pada pertengahan 2014 dan mampu merebut sebagian wilayah Irak dan Suriah hanya dalam hitungan hari.

Setelah memproklamirkan sebuah kekalifahan, ISIS dengan cepat menenggelamkan Al Qaeda dan semakin menarik bagi ribuan orang berhaluan radikal dari seluruh dunia.

ISIS juga mengklaim sebagai dalang berbagai aksi teror besar di Brussels, Paris, tunisia, Turki, Lebanon, Yaman, Arab Saudi hingga jatuhnya pesawat penumpang Rusia di Mesir.

"Al Qaeda mengalami banyak kekalahan dari ISIS di berbagai lokasi kecuali di Afrika Utara," kata Jean-Pierre Filiu, seorang pakar radikalisme yang berbasis di Paris.

Sementara itu, William McCants, dari Brooking Institution di Washington DC, AS, sepakat dengan analisa Jean-Pierr Filiu. Namun, kata McCants, kekuatan Al Qaeda mulai pulih.

"Al Qaeda menunjukkan kehadiran yang kuat di Suriah dan Yaman," tambah dia.

Di Suriah, kelompok Front Al-Nusra, yang berafiliasi ke Al Qaeda, menjadi salah satu kelompok terkuat yang memerangi rezim Presiden Bashar al-Assad dan kini menguasai sebagian besar wilayah provinsi Idlib.

Sementara di Yaman, Al Qaeda Semenanjung Arabia (AQAP) saat ini menguasai wilayah dengan luas cukup signifikan di bagian selatan dan tenggara Yaman di saat pemerintah kewalahan menghadapi pemberontak Houthi dukungan Iran.

Meski AQAP kehilangan kota Mukalla yang mereka duduki selama satu tahun ke tangan pasukan Yaman, tetapi AQAP tetap menjadi salah satu kekuatan penting di Yaman karena memiliki anggota ribuan orang dibanding ISIS yang hanya memiliki ratusan orang pengikut.

Bahkan, di mata Washington, AQAP dianggap sebagai cabang Al Qaeda yang paling mapan dan berbahaya. Selama beberapa tahun terakhir, AQAP juga mengklaim sebagai dalang sejumlah serangan di beberapa negara.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com