Para petugas imigrasi dan pabean Australia sejak Selasa (22/3/2016) sudah melakukan pemogokan di beberapa bandara seperti di Cairns, Townsville, Perth, Darwin dan Adelaide.
Aksi mogok ini digelar sebagai bagian dari perundingan selama dua tahun terakhir mengenai kondisi kerja dan gaji.
Pemogokan lebih besar akan dilangsungkan di Sydney, Melbourne dan Brisbane, yang akan dimulai Kamis dini hari dan berlangsung selama 24 jam.
Sebelumnya Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull telah meminta agar serikat pekerja sektor publik dan komunitas membatalkan rencana pemogokan tersebut.
PM Turnbull mengatakan kepada jaringan televisi Australia Channel 7 bahwa dia sudah mendapat jaminan bahwa keamanan di bandara sudah memadai.
Namun, dia meminta serikat pekerja untuk mempertimbangkan kembali rencana menggelar pemogokan mereka.
"Kami menyarankan agar mereka berpikir kembali mengenai tindakan pemogokan dan bekerja, namun melanjutkan keluhan, perbedaan dengan pemerintah lewat cara lain." kata Turnbull.
"Namun dengan kemungkinan serikat pekerja ini tidak mau mengubah strategi mereka, saya sudah mendiskusikan masalah ini dengan Polisi Federal Australia (AFP) dan AFP tidak merupakan bagian dari rencana pemogokan."
Turnbull juga menekankan pentingnya peran AFP di berbagai bandara Australia.
"Mereka tentu saja merupakan pengaman pertama di bandara, dan menghadapi ancaman seperti sekarang ini, kehadiran AFP tidak terganggu oleh pemogokan."
PM Turnbull mengatakan dia akan terus melanjutkan pembicaraan dengan berbagai badan lainnya hari Rabu.
Sementara itu, pemerintah Australia belum menaikkan tingkat ancaman terorisme di negeri itu yang tetap berada pada level "probable" atau mungkin akan terjadi.
Departemen Luar Negeri sudah mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warga Australia untuk mempertimbangkan kembali perjalanan ke Belgia.
Sejauh ini tidak ada laporan adanya warga Australia yang terluka atau meninggal dalam beberapa ledakan di Brussels tersebut.