Salah satunya adalah seorang pria asal Gansu, China ini. Celakanya, pria berusia 46 tahun itu menyalahkan ayahnya atas nasib buruk yang dialaminya itu.
Akhirnya pada Selasa (1/3/2016), si perjaka tua ini tak tahan lagi. Dia lalu menyeret ayahnya yang sakit dari tempat tidur dan menghajarnya hingga tewas.
Keributan di kediaman si perjaka tua ini didengar tetangga yang segera menelepon polisi.
Polisi yang datang ke lokasi kejadian tak mampu membujuk pelaku untuk menyerahkan diri karena dia mengancam akan bunuh diri.
Alhasil, selama tiga jam berikutnya polisi hanya bisa menunggu di luar rumah tersebut. Akhirnya polisi bertindak tegas dengan menembakkan gas air mata ke rumah itu.
Setelah terkena pengaruh gas air mata, pria pembunuh ayah itu akhirnya menyerah dan dengan mudah dibekuk polisi.
Sebelum insiden ini, pria tersebut tinggal bersama kedua orangtuanya selama beberapa tahun.
Warga desa itu mengatakan, perjaka tua tersebut merasa tak bahagia karena orangtuanya miskin sehingga dia tak memiliki status apapun untuk mencari istri idaman hatinya.
Kebijakan satu anak di China mengakibatkan jumlah pria lebih sedikit dibandingkan jumlah perempuan.
Akibatnya, banyak pria yang frustrasi karena sulit mendapatkan jodoh. Kondisi ini biasanya terjadi di pedesaan
Tahun lalu, seorang profesor di Zhejiang mengusulkan perubahan undang-undang sehingga memungkinkan perempuan memiliki lebih dari satu suami.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.