Penemuan ini sekaligus mengakhiri spekulasi yang menyebutkan bahwa material berbahaya itu sudah jatuh ke tangan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Sumber pemerintah setempat mengungkapkan kepada Reuters, material radioaktif yang tersimpan di dalam kotak seukuran laptop itu, tidak mengalami kerusakan, sehingga tak ada risiko kebocoran.
"Seorang yang menemukan barang itu segera melaporkan kepada aparat keamanan. Mereka kemudian datang dengan perlengkapan antiradioaktif untuk mengamankan barang tersebut," kata Kepala Keamanan Provinsi Basra, Jabbar al-Saidi.
"Setelah dilakukan pemeriksaan teliti, kami simpulkan bahwa barang itu aman 100 persen dan tak ada kekhawatiran soal kebocoran radiasi," kata dia.
Sebelumnya, minggu lalu diberitakan, pemerintah setempat terus mencari material radioaktif yang dicuri dari fasilitas penyimpanan milik perusahaan minyak asal Amerika Serikat Weatherford di utara Kota Basra.
Hingga berita ini ditayangkan, belum ada penjelasan resmi terkait kronologi bagaimana barang itu bisa berpindah tempat.
Material tersebut menggunakan sinar gamma yang biasa dipakai untuk menguji ketahanan material yang digunakan dalam eksplorasi minyak dan gas. Hal ini biasa disebut dengan sebutan "gamma radiography",
Alat yang hilang ini terdaftar sebagai milik SGS Turkey, yang berkedudukan di Istanbul. Hal ini berdasarkan dokumen dan penjelasan pejabat terkait.
Material ini berada dalam kategori 2 dalam kualifikasi IAEA (the International Atomic Energy Agency). Hal ini berarti, jika tak ditangani dengan benar atau ada kebocoran, ada risiko cidera permanen bagi orang di sekitarnya. Risiko lebih besar terjadi para mereka yang terpapar lebih lama.
Baik SGS, maupun Weatherford sudah membantah untuk bertanggung jawab atas hilangnya barang ini pada akhir tahun lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.