Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Eropa Bingung Hadapi Krisis Pengungsi

Kompas.com - 21/12/2015, 16:23 WIB

KOMPAS.com - Para pemimpin Uni Eropa minta proses berjalan lebih cepat dalam hadapi krisis migrasi.

Kesabaran semakin menipis dan Austria bahkan ancam sanksi keuangan bagi negara-negara yang tidak kooperatif dalam masalah pengungsi.

Hal tersebut mereka cetuskan dalam konferensi tentang migrasi yang berjalan sejak kemarin di Brussel.

"Implementasi sangat kurang dan harus dipercepat," demikian dikatakan dalam pernyataan bersama 28 pemimpin negara.

Mereka memperingatkan juga bahwa integritas blok Schengen ikut terancam.

"Semua elemen strategi imigrasi ada, tetapi ada defisit soal pelaksanaannya," demikian dikatakan Donald Tusk yang sekarang menjabat presiden Dewan Eropa.

Para politisi yang berkumpul juga menyatakan kelemahan dalam penanganan batas-batas luar Uni Eropa harus ditangani.

Para imigran yang datang karena mencari peluang ekonomi lebih baik, dan bukan karena hidupnya terancam harus segera dipulangkan.

"Sekarang semua orang setuju bahwa mereka akan melaksanakannya secepat mungkin," kata Presiden Perancis Francois Hollande.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, Eropa memerlukan 10 tahun untuk menyelesaikan banyak masalah. Sedangkan, masalah imigran baru dihadapi Eropa dalam empat atau lima bulan terakhir.

Uni Eropa sudah menyetujui serangkaian langkah untuk mengatasi masalah migrasi, yang antara lain melibatkan masalah penyeberangan Laut Tengah oleh 1 juta imigran dan pencari suaka.

Namun implementasi berjalan lambat, dan negara-negara Eropa Tengah serta Timur jelas tidak bersedia menerima imigran. Sejauh ini, hanya 232 pencari suaka direlokasi dari Yunani dan Italia ke negara-negara Uni Eropa lain.

Mengaku Eropa

Kanselir Rusia Werner Faymann menyatakan, Kamis, mereka akan mulai memperhitungkan konsekuensi berbentuk sanksi uang bagi negara-negara Uni Eropa yang tidak kooperatif dalam upaya pembagian 160.000 pencari suaka secara merata di seluruh Uni Eropa.

Austria termasuk negara yang paling banyak memikul beban kenaikan besar-besaran jumlah imigran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com