Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Pasukan Kurdi Selamatkan 70 Sandera ISIS?

Kompas.com - 26/10/2015, 15:41 WIB

IRBIL, KOMPAS.com — Panggilan telepon itu datang terlambat. Para operator pesawat tak berawak atau drone telah menangkap pemandangan yang tampaknya berupa orang-orang yang sedang menggali parit di dekat kota Hawija di Irak tengah, lokasi pertempuran sengit selama berbulan-bulan antara pasukan Peshmerga Kurdi Irak dan milisi Negara Islam atau ISIS.

Para operator drone menakutkan hal yang terburuk, yakni ISIS sedang berencana untuk melaksanakan eksekusi massal di daerah itu di mana puluhan, jika bukan ratusan tahanan telah ditahan. Parit itu akan menjadi kuburan massal.

"Mereka setidaknya menahan 100 orang Kurdi dan pejuang Peshmerga di daerah itu," kata seorang perwira di unit kontra-teroris Kurdi yang punya pengetahuan langsung tentang apa yang akan terungkap dalam beberapa jam ke depan. Para perwira Kurdi itu mulai mempertimbangkan misi penyelamatan.

Namun, ada persoalan lain. Di antara para tahanan itu, para perwira tersebut yakin, terdapat para mantan pejabat partai Baath dan militer dari masa Saddam Hussein yang kemudian bekerja sama dengan ISIS, tetapi kini tidak lagi dipercaya oleh kaum militan tersebut.

"Kami selalu ingin menyelamatkan orang-orang Kurdi dan Peshmerga. Mereka (ISIS) telah membakar hidup-hidup beberapa orang pada awal tahun ini di tempat yang sama," kenang perwira itu. "Tetapi, kami juga ingin informasi intelijen yang dimiliki para tahanan itu bisa diberikan kepada kami."

Pada akhirnya, pasukan Kurdi, yang didukung pesawat operasi khusus dan tentara AS, meluncurkan serangan yang membebaskan sekitar 70 tahanan. Namun, ternyata tak satu pun dari para tahanan itu yang merupakan orang Kurdi. Jikapun ada di antara mereka yang merupakan mantan anggota Partai Baath, hal itu belum dapat dipastikan.

Sialnya lagi, seorang tentara Amerika tewas dalam operasi itu. Hal tersebut memicu kekhawatiran di kalangan para pejabat Kurdi bahwa kematian warga AS, yang pertama di Irak sejak 2011, akan merusak hubungan erat kerja pasukan Kurdi dengan pasukan operasi khusus AS sejak tahun 1991, ketika AS pertama kali mengirim pasukan elite dalam persiapan serangan terkait pendudukan Saddam di Kuwait.

Para pejabat AS hari Jumat lalu mengidentifikasi prajurit yang tewas sebagai Sersan Joshua L Wheeler, 39, dari Roland, Oklahoma. Dia ditugaskan di pasukan Komando Operasi Khusus Angkatan Darat AS di Fort Bragg, NC, yang biasa dikenal sebagai Delta Force.

"Orang Amerika tidak seharusnya bertempur, kecuali dalam keadaan darurat," kata petugas kontraterorisme itu dalam laporan yang dibenarkan oleh para pejabat lainnya. "Namun, saat mereka mengarahkan bantuan untuk operasi dari balik dinding sebuah kompleks, mereka terjebak dalam area pertempuran, lalu mereka memberi tahu bahwa mereka akan menanganinya.

"Orang itu tewas, itu merupakan keberuntungan. Sebuah peluru menghantamnya di kepala. Sebagai orang Muslim, kami berpikir bahwa saat kematian anda telah ditulis ketika anda lahir. Itulah waktunya buat dia."

Perwira kontrateroris itu, yang merupakan anggota unit yang melakukan serangan tersebut, kemudian menyaksikan misi itu yang terekam video dari drone yang lalu dipancarkan ke pusat komando di Irbil, ibu kota Pemerintah Daerah Kurdi. Para pejabat Kurdi yang lain membenarkan rincian dan memberikan informasi tambahan. Semua meminta agar identitas mereka tetap anonim karena sensitivitas misi tersebut.

Menurut perwira tersebut, penjaga para tahanan terkejut dengan serangan itu.

"Pertempuran itu tidak apa-apanya," katanya. "Para penjaga tewas seketika dan jalan terputus oleh jet tempur."

Namun, saat sejumlah bangunan di daerah itu sedang diperiksa, para operator Delta mendapat tembakan dari sebuah bangunan yang berjarak 100 meter atau lebih dari mereka. Mereka bergerak untuk membereskan hal itu.

Ketika ditanya apakah orang-orang Amerika itu telah melampaui perintah atau bertindak secara tidak bertanggung jawab, tiga pejabat itu menanggapi secara emosional bahwa situasi menuntut tindakan dan bukannya menunggu untuk mengarahkan pasukan Kurdi, yang sibuk menyerang kompleks yang lain. Orang-orang Amerika itu, kata para perwira tersebut, telah bertindak sesuai dengan latihan mereka.

"Jika Anda menembak ke arah seorang tentara, dia sudah seharusnya membalas tembakan Anda," kata seorang pejabat. "Ini bukan skandal, inilah Irak."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com