Pemilik AirAsia Tony Fernandes mengkritik otorita penerbangan sipil Malaysia setelah sebuah pesawat milik maskapai itu melindas chock, sebuah balok yang digunakan untuk mengganjak roda pesawat, di terminal KLIA2 sehingga menyebabkan penundaan penerbangan selama 8 jam.
"Roda pesawat itu bengkok karena melindas 'chock', karena benda pengganjal itu tenggelam di landasan," ujar Fernandes kepada wartawan, Senin (27/7/2015).
Sejak dibuka tahun lalu, terminal KLIA2 sudah dipenuhi kontroversi, mulai retakan di jalur "taxi" hingga kesalahan desain yang memicu genangan air di landasan.
"Bandara ini butuh perbaikan. Jadi, perbaiki (bandara ini) dan lanjutkan hidup," kata Fernandes.
Malaysia Airport Holding Bhd (MAHB), otorita yang mengelola KLIA2, sebenarnya telah mengetahui bahwa bandara ini di bangun di atas lahan yang tak stabil. Kondisi ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk perbaikan.
Kantor berita Bloomberg, mengutip MAHB, penyebab masalah itu adalah karena bandara itu dibangun di atas tanah yang tak rata.
Kondisi ini sudah diantispasi sejak awal pembangunan bandara. MAHB menambahkan pihaknya menangani masalah itu dengan melakukan penambalan di lokasi yang bermasalah dan menyuntikkan "polyurethane" ke dalam tahan.
MAHB menambahkan, penambalan beton akan selesai pada April mendatang yang diharapkan bisa memberi solusi yang lebih permanen. Namun, Air Asia menuntut solusi yang lebih permanen.
"Kami tak bisa berada di sebuah bandara yang terus menerus diperbaiki karena akan mengganggu operasional kami," kata CEO AirAsia, Aireen Omar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.