Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berlindung 18 Jam di Ruang Bawah Tanah, WNI di Vanuatu Selamat dari Badai Pam

Kompas.com - 18/03/2015, 15:29 WIB

PORT VILLA, KOMPAS.com — Sejumlah warga Indonesia yang menetap di Vanuatu dilaporkan dalam keadaan selamat setelah melewati amukan topan pam akhir pekan lalu.

Saat badai menerjang, salah satu keluarga, yaitu pasangan Ode Ali Maruf dan Inga Mepham, beserta kedua anak mereka, harus berlindung selama 18 jam di ruang bawah tanah sebuah hotel di ibu kota, Port Villa.

Badai angin topan itu mulai mendatangi ibu kota Vanuatu itu sekitar pukul 17.00, Jumat (13/3/2015).  Berbagai persiapan dilakukan warga, salah satunya dengan mengungsi ke hotel yang bangunannya lebih kokoh.

"Kami mengungsi ke hotel dan turun ke ruang bawah bersama 300-an orang lainnya," kata Inga Mepham kepada ABC.

Menurut Inga, ia mengenal sekitar tujuh warga Indonesia yang menetap di Vanuatu dan mereka semua selamat dari badai topan ini.

Inga, yang bekerja di Vanuatu sebagai direktur wilayah untuk badan amal Care Australia, adalah warga Australia yang menikah dengan warga Indonesia, Ode Ali Maruf. Mereka telah memiliki dua orang anak, yaitu Ellia dan Kinta Mepham. "Alhamdulillah kami sekeluarga dalam keadaan aman," katanya.

Dengan berbekal makanan dan minuman secukupnya, Inga dan keluarga bersama ratusan warga lainnya melewati malam yang gelap di ruang bawah hotel tersebut.

"Sekitar pukul 11.30 malam, terdengar angin yang begitu keras dan terus-menerus sampai sekitar pukul 04.00 pagi," ujar Inga.

"Suara gemuruh, rasanya seperti dibawa oleh helikopter yang baru berakhir pada pukul 05.00," tambahnya.

Pukul 12.00 Sabtu (14/3/2015), barulah mereka diizinkan untuk keluar dari ruang perlindungan dan kembali ke kamar masing-masing. Hotel Holiday tempat mereka mengungsi pun mengalami kerusakan, yaitu salah satu dindingnya terlepas.

Ketika keadaan mulai mereda, Inga langsung mengecek kondisi kantornya di sebuah bangunan berlantai dua. Ia mendapati kantornya sudah porak poranda dan untuk sementara tidak bisa dipergunakan.

Untuk sementara, Inga bersama stafnya menjalankan kantor Care secara virtual sambil menunggu tempat yang baru. Lalu, bersama Ali Maruf dan anak-anaknya, ia memeriksa kondisi rumah tempat tinggal mereka. "Atapnya oke, tetapi plafonnya runtuh karena air yang meresap," kata Inga.

Selain itu, sebuah pohon tua di pekarangan yang usianya mungkin sudah ratusan tahun juga roboh. "Atap beranda juga rusak," katanya.

Saat puncak kejadian itu sendiri, anak-anak Inga dan Ali tertidur pulas. Mereka baru terbangun sekitar pukul 08.00 pagi saat badai sudah agak reda.

Terlepas dari pengalaman pribadinya ini, Inga sebagai Direktur Care meminta semua pihak untuk turut membantu para korban di Vanuatu, khususnya untuk pulau-pulau di wilayah selatan negara itu.

"Kami menerima laporan bahwa sekitar 85 persen rumah dan bangunan di wilayah selatan telah rusak atau hancur," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com