Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes Palestina: Israel Terus Caplok Wilayah Kami

Kompas.com - 21/07/2014, 17:49 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Perjanjian Oslo yang ditandatangani Pemimpin PLO Yasser Arafat dan PM Israel Yitzak Rabin yang ditandatangani pada 13 September 1993 sebenarnya memunculkan titik cerah dalam menyelesaikan konflik Israel dan Palestina.

Dalam perjanjian itu, kedua belah pihak menyepakati konsep dua negara untuk menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun. Namun, titik cerah itu lenyap saat Yitzak Rabin dibunuh ekstremis kanan Yahudi pada 4 November 1995.

"Padahal Perjanjian Oslo itu hanya bersifat sementara yaitu lima tahun dan dalam lima tahun itu semua isu menyangkut sengketa Palestina-Israel akan diselesaikan," kata Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi kepada Kompas.com, Senin (21/7/2014).

Mehdawi menambahkan, sejak kematian Rabin, kelanjutan Perjanjian Oslo semakin tidak jelas karena kemudian Israel melakukan banyak pelanggaran. Dalam perjanjian Oslo, lanjut Mehdawi, terdapat klausul yang membagi wilayah pendudukan Israel menjadi tiga zona yang memiliki karakteristik masing-masing.

"Di zona A, yaitu kota-kota besar Palestina seperti Ramallah, Hebron, Nablus, dan lainnya, pemerintah Palestina memiliki wewenang administrasi dan keamanan," kata Mehdawi.

"Di zona B, yaitu di kota-kota kecil, Palestina hanya memiliki wewenang administratif seperti mengelola pemerintahan, pendidikan, atau perdagangan, sementara keamanan ada di tangan Israel," tambah pria yang sudah delapan tahun bertugas di Indonesia itu.

Selanjutnya, Mehdawi menjelaskan, di zona C, yaitu di pedesaan dan lahan-lahan kosong yang biasanya digunakan untuk pertanian, kedua belah pihak dilarang membangun atau melakukan apa pun yang bisa mengganggu proses perdamaian.

"Nah, di wilayah inilah Israel terus membangun permukiman Yahudi. Artinya, dengan pembangunan itu wilayah kami semakin tergerus," kata Mehdawi.

Sebenarnya, lanjut dia, untuk mencapai perdamaian antara kedua pihak caranya sangat mudah, yaitu Israel menarik mundur semua pasukannya dan menghentikan mencaplok wilayah Palestina. Meski hingga hari ini konflik antara Israel dan Palestina terus berlangsung, tetapi Mehdawi optimistis suatu hari Palestina akan merdeka dan menjadi sebuah negara sendiri.

"Kami optimistis perdamaian bisa dicapai, hanya masalah waktu saja. Lihat Afrika Selatan yang hidup beratus tahun di bawah kebijakan apartheid yang akhirnya tumbang di kala Nelson Mandela menjadi presiden," harap Mehdawi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com