Para warga India itu menghadapi hukuman penjara hingga 10 tahun ditambah hukuman cambuk karena terlibat kerusuhan itu, yang dipicu peristiwa kecelakaan saat seorang pekerja konstruksi asal India ditabrak hingga tewas oleh sebuah bus di sebuah distrik yang dikenal sebagai Little India. Ke 24 warga India itu merupakan bagian dari sekitar 400 orang yang terlibat dalam kerusuhan yang menyebabkan 39 polisi dan staf pertahanan sipil terluka dan 25 kendaraan, termasuk 16 mobil polisi, rusak atau dibakar.
Dua warga Banglades, seorang warga India lainnya, dan seorang Malaysia yang juga ditangkap setelah kerusuhan itu telah dibebaskan karena penyelidikan menunjukkan mereka tidak terlibat dalam kekerasan tersebut. Demikian kata polisi.
Sopir bus, yang menabrak hingga tewas pekerja konstruksi bernama Sakthivel Kumaravelu (33 tahun), itu warga Singapura berusia 55 tahun. Sopir tersebut telah dibebaskan dengan jaminan setelah ditangkap atas tuduhan menyebabkan kematian karena melakukan kelalaian.
Singapura yang berpenduduk 5,4 juta orang merupakan salah satu negara terkaya di dunia, tetapi sangat bergantung kepada pekerja asing. Para buruh dari Asia Selatan mendominasi sejumlah sektor, antara lain sektor konstruksi.
Para pejabat pemerintah telah menyerukan kepada warga untuk tenang pasca-kerusuhan itu, yang memicu gelombang hujatan bagi pekerja asing di media sosial dan blog lokal. Di halaman Facebook Yahoo! Singapore, pembaca bernama Tan Beng Ming menulis, "Penjarakan mereka, cambuki mereka dan usir mereka. Kirim pulang rekan-rekan mereka juga!"
"Hanya orang asing yang akan memulai kerusuhan, itu merupakan norma mereka," tulis pembaca lain, Koh Koh.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong telah meminta warga Singapura untuk tidak membuat kejadian itu merusak pandangan mereka tentang komunitas pekerja asing di negara kota itu. "Kerusuhan tersebut merupakan insiden tersendiri yang timbul dari tindakan melanggar hukum dari massa yang sulit diatur yang bereaksi terhadap kecelakaan lalu lintas yang fatal," katanya dalam sebuah pernyataan, Senin.
Lee juga memerintahkan pembentukan sebuah komite khusus untuk mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan kerusuhan serta langkah-langkah yang sudah ada untuk mengelola kawasan di mana pekerja asing berkumpul.
Selain itu, akan ada larangan penjualan dan konsumsi alkohol di daerah, di mana kerusuhan itu pecah. Soalnya, laporan para saksi mata menunjukkan bahwa banyak dari para perusuh itu sedang mabuk.
Para aktivis telah mendesak pemerintah untuk menyelidiki apakah kekerasan pada hari Minggu itu merupakan indikasi ketidakpuasan yang lebih luas di kalangan pekerja migran soal bayaran yang kurang memadai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.