WASHINGTON DC, KOMPAS,com - Sepanjang 2019 ini, Amerika Serikat (AS) dilaporkan mencatat 41 pembunuhan massal, terbanyak sejak 1970-an.
Dalam data yang dipaparkan, Associated Press, USA Today, maupun Northeastern University, sebanyak 211 orang tewas.
Dilansir Sky News Minggu (29/12/2019), di antara 41 pembunuhan massal yang tercatat di AS, 33 di antaranya adalah penembakan massal.
Baca juga: Tewaskan 33 Orang, Pembakaran Kyoto Animation Salah Satu Pembunuhan Massal Terburuk di Jepang
Dalam keterangan laporan yang beredar, pembunuhan massal didefinisikan jika korban tewas mencapai empat atau lebih, termasuk pelaku.
Angka itu merupakan yang tertinggi sejak pusat data untuk melacak insiden tersebut mulai dibuat pada 2006 silam.
Adapun sebuah penelitian digelar, dan menunjukkan tidak ada angka yang lebih tinggi dari 2019 ini pada dekade 1970-an.
Kasus pertama di tahun ini tercatat pada 19 Januari, ketika pria 42 tahun menggunakan kapak untuk membunuh empat keluarganya, termasuk putrinya yang berumur sembilan bulan.
Serangan yang terjadi di Clackamas County, Oregon, adalah satu dari 18 pembunuhan massal yang menimpa anggota keluarga.
Baca juga: Apa Sebenarnya Motif Pembunuhan Massal di Las Vegas?
Kemudian pada Agustus, terjadi dua penembakan massal di Texas dan Ohio dalam rentang beberapa jam, dan total korban tewas mencapai 29 orang.
Laporan dari media setempat itu juga memaparkan, kebanyakan kasus yang terjadi tidak menjadi pemberitaan di Negeri "Uncle Sam".
Motif dari kebanyakan kasus melibatkan seseorang yang sudah diketahui oleh pelaku, seperti keluarga, teman, atau kolega kerja.
Meski mencatatkan angka pembunuhan massal tertinggi, jumlah 211 korban tewas sebenarnya adalah yang terendah jika dibandingkan pada 2017 yang mencatatkan 224 korban jiwa.
Kasus yang paling menyita perhatian adalah ketika Stephen Paddock membunuh 59 orang saat konser musik di Las Vegas.
Baca juga: Penembakan di Masjid Selandia Baru: Tragedi Pembunuhan Massal Terburuk sejak 1943
Data yang dipaparkan menunjukkan beberapa hal, seperti:
James Densley, profesor sekaligus kriminolog di Metropolitan State University di Minnesota berujar, terdapat fakta luar biasa di dalamnya.
"Yang membuat luar biasa adalah pembunuhan massal ini meningkat ketika angka pembunuhan keseluruhan mengalami penurunan," paparnya.
Densley menjelaskan, jenis pembunuhan pun beragam seiring waktu. Pada dekade 1970 hingga 1980, publik terus melihat kasus pembunuh berantai.
Di 1990-an, penembakan sekolah dan penculikan anak. Kemudian awal 2000 berkaitan dengan terorisme. "Saat ini, mungkin lebih pas dikatakan zaman penembakan massal," ujarnya.
Baca juga: Terlibat Pembunuhan Massal, Mantan Tentara Guatemala Dihukum Penjara 5.160 Tahun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.