Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebutan Desa Bernama Alat Kelamin Bikin Parlemen Ghana Riuh Rendah

Kompas.com - 04/08/2018, 17:17 WIB
Ervan Hardoko

Editor

ACCRA, KOMPAS.com - Tidak ada yang bisa terlihat tenang di parlemen Ghana ketika seorang anggotanya John Frimpong Osei mendaftarkan nama-nama desa di daerah pemilihannya.

Masalahnya, nama-nama desa yang merupakan konstituen John Frimpong itu memiliki nama seperti alat kelamin.

Nama-nama dalam bahasa Twi, salah satu bahasa daerah di Ghana, jika diartikan secara harafiah bisa bermakna" Vagina Bijak" dan "Penis Tolol".

Baca juga: Kelompok di Ghana Ini Dibayar untuk Menangis di Pemakaman

Nama-nama unik itu tentu saja membuat anggota parlemen Ghana tak bisa menahan tawa sehingga membuat sidang menjadi riuh rendah.

Padahal, John Frimpong mempertanyakan kepada parlemen soal rencana akses listrik untuk desa-desa bernama tak lazim tersebut.

"Menyediakan desa-desa itu dengan listrik dapat mengganggu kegiatan malam hari," kata Menteri Energi Boakye Agyarko sambil bercanda.

Menteri Boakye menambahkan dengan sungguh-sungguh, survei akan dilakukan untuk mengetahui cara terbaik agar desa-desa di daerah pemilihan Abirem di wilayah timur Ghana itu bisa tersambung ke jaringan listrik nasional.

Rekaman video rapat parlemen pada bulan lalu ini memperlihatkan John Frimpong Osei menyebutkan Etwe nim Nyansa, Kote ye Aboa dan Shua ye Morbor:

Berikut adalah terjemahan nama-nama Twi itu:

  • Etwe nim Nyansa - "Vagina Bijak"
  • Kote ye Aboa - "Penis Tolol"
  • Shua ye Morbor - "Testikel Sedih".

Banyak warga Ghana belum pernah mendengar nama desa-desa itu sampai mereka disebut di parlemen. Dan mereka bertanya-tanya tentang asal usul nama-nama tersebut.

Baca juga: Cara Unik Guru di Ghana Mengajar Komputer Tanpa Komputer

Wartawan BBC Thomas Naadi di ibu kota, Accra melaporkan, nama-nama seperti itu biasanya diberikan para pemukim pertama di komunitas tersebut dan diambil dari pengalaman hidup mereka.

Hampir 80 persen penduduk Ghana memiliki akses ke listrik, hampir dua kali lipat rata-rata negara-negara Afrika. Demikian menurut laporan Bank Dunia pada 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com