Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semakin Banyak Penjualan Bagasi pada Penerbangan Australia-Indonesia

Kompas.com - 17/06/2017, 15:00 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com - Semakin banyak penumpang pesawat antara Australia dan Indonesia yang menjual bagasi mereka, namun apakah tindakan tersebut diperbolehkan?

Dengan adanya komunitas di sosial media seperti Facebook membuat komunikasi semakin mudah dilakukan.

Salah satunya, hal yang muncul dari ketersediaan komunikasi itu adalah usaha menjual bagasi barang bawaan.

"Hi saya akan melakukan perjalanan dari Sydney ke Jakarta pada tanggal sekian. Saya masih memiliki tempat untuk 10 kg barang. Biaya titipan adalah 10 dolla per kg. Saya tidak terima makanan atau obatan-obatan. Di Sydney barangnya bisa diantara ke ... dan di Jakarta barangnya bisa diambil di sini...”

Demikian beberapa post yang muncul dalam akun komunitas seperti di The Rock di Sydney dan di Indonesia Business Network di Melbourne.

Baca: Garuda Indonesia Bakal Tambah Frekuensi Penerbangan ke Australia

Setiap penumpang kelas ekonomi dari Australia ke Indonesia dan sebaliknya mendapat jatah bagasi 30 kg.

Inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh sebagian penumpang untuk mendapatkan penghasilan tambahan, mungkin untuk mengurangi biaya tiket atau juga untuk berbisnis.

Apakah tindakan penumpang membawa barang orang lain tersebut ilegal?

Manajer Garuda Indonesia di Melbourne Micky Irfandy dalam percakapan dengan wartawan ABC Australia Plus, Jumat (16/6/2017), mengatakan bahwa dia baru mengetahui hal tersebut.

Namun menurutnya dari segi peraturan, tidak ada yang dilanggar oleh penumpang yang melakukan penjualan bagasi tersebut.

"Yang tidak diperbolehkan adalah pengiriman bagasi tanpa adanya penumpang yang terbang. Namun kalau ada penumpang yang membawa barang orang lain kita tidak bisa melarang." katanya.

Baca: Penerbangan dari Australia ke Asia Akan Lebih Murah

Angelina Sukiri yang memiliki biro perjalanan Extra Travel di Melbourne mengatakan bahwa dia sudah melihat fenomena ini dimulai tahun lalu.

"Saya melihat adanya post di internet sejak tahun lalu." katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com