MANILA, KOMPAS.com - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, sudah memberi persetujuan agar jasad pendahulunya, Ferdinand Marcos, dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan (TMP) di Manila.
Jenazah mantan presiden yang digulingkan oleh revolusi rakyat tahun 1986 tersebut saat ini diawetkan dan bisa dilihat masyarakat umum di kampung halamannya, Batac.
Keputusan untuk memindahkan jasad Marcos ke TMP memicu kontroversi karena masa pemerintahan Marcos dikenal sarat dengan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Presiden Duterte mengatakan, pemindahan jenazah Marcos akan berlangsung bulan depan.
Duterte mengatakan unjuk rasa untuk menentang keputusannya itu diizinkan selama tidak menganggu pengguna jalan raya.
Juru bicara militer Filipina, Kolonel Benjamin Hao, mengatakan, keluarga Marcos sudah mengunjungi pemakaman di kawasan Taguig, Manila, untuk memilih lokasi kuburannya dan melakukan persiapan awal.
Para pengkritik Marcos berpendapat, tidak tepat untuk memberi tempat terhormat kepada mantan presiden yang dituduh bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan orang, penyiksaaan, dan sejumlah penculikan yang sebagian masih belum terungkap.
Marcos dan istrinya, Imelda, berkuasa di Filipina selama lebih dari 20 tahun.
Marcos akirnya tumbang setelah sekitar satu juta warga Filipina turun ke jalanan untuk menggulingkannya dalam aksi yang belakangan dikenal sebagai Revolusi Kekuatan Rakyat tahun 1986.
Pada 28 September 1989, Marcos meninggal di tempat pengasingannya di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat karena gangguan ginjal, jantung, dan paru-paru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.