Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Filipina Bunuh 6 Pengawal Wali Kota yang Lindungi Peredaran Narkotika

Kompas.com - 03/08/2016, 13:59 WIB

MANILA, KOMPAS.com - Kepolisian Filipina menembak mati enam pendukung seorang wali kota yang dituding Presiden Rodrigo Duterte melindungi putranya yang menjadi pengedar narkoba.

Baku tembak antara para penegak hukum dan pendukung wali kota Albuera, Rolando Espinosa pada Rabu (3/8/2016) dini hari. Selain menewaskan enam anak buah sang wali kota, polisi juga menyita 17 pucuk senjata dan sejumlah granat.

Pada Senin (1/8/2016), Duterte sudah memberi waktu 24 jam bagi Espinosa dan putranya untuk menyerah. Ancaman itu dilontarkan Duterte setelah dua pengawal dan tiga pegawai sang wali kota ditangkap dalam sebuah operasi anti-narkoba.

"Jika tidak (menyerah), sebuah perintah tembak di tempat akan diberikan jik mereka melawan dan membahayakan nyawa petugas kepolisian," kata juru bicara kepresidenan, Ernesto Abella.

Sehari setelah ancaman Duterte itu, Espinosa menyerang pada Selasa (2/8/2016). Kepada polisi Espinosa mengatakan dia takut dibunuh karena dianggap melindungi putranya yang menjadi pengedar narkoba.

"Wali kota menyerahkan diri kepada saya (menyusul) perintah presiden yang akan menembaknya jika dia melawan," kata kepala kepolisian Filipina, Ronald de la Rosa.

De la Rosa menambahkan, Espinosa memang sudah masuk ke dalam daftar hitam kepolisian karena dianggap sebagi "pelindung" pengedaran narkoba.

Apalagi, putra Espinosa diketahui menguasai peredaran narkoba di wilayah Albuera yang terletak di Pulau Leyte itu.

"Jika kau mendengarkan  Kerwin (anak Espinosa), ayahmu sudah menyerah jadi kau harus mengikuti jejak ayahmu," kata de la Rosa dalam jumpa pers.

"Jika kau tidak menyerah, kau akan mati. Jadi sebaiknya menyerahkan karena hidupmu benar-benar dalam bahaya," tambah de la Rosa.

Rolando Espinosa adalah tokoh papan atas kedua yang menyerahkan diri ke polisi setelah dituduh Duterte terkait dengan peredaran narkotika.

Bulan lalu, dalam sebuah pertemuan yang disiarkan televisi, Duterte juga mengancam akan membunuh seorang pebisnis yang dituduh mengedarkan narkotika.

Sejak Duterte berkuasa pada akhir Juni lalu, polisi mengklaim sudah menewaskan lebih dari 400 tersangka pengedar narkoba. Namun para pegiat HAM menduga jumlah korban tewas jauh lebih tinggi karena warga kerap ikut dalam pembunuhan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com