Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-Brexit, Persaingan Perebutan Kursi Perdana Menteri Inggris Memanas

Kompas.com - 30/06/2016, 16:59 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Setelah Inggris keluar dari Uni Eropa yang kemudian diikuti rencana pengunduran diri PM David Cameron, maka keriuhan selanjutnya adalah perebutan kursi perdana menteri.

Menteri Dalam Negeri Theresa May dan mantan wali kota London Boris Johnson akan bersaing ketat untuk memimpin Partai Konservatif.

Siapa pun yang menjadi ketua Partai Konservatif akan menggantikan David Cameron sebagai Perdana Menteri Inggris.

Kedua calon kuat ini akan mendeklarasikan pencalonannya, mengumpulkan sebanyak mungkin dukungan dan berupaya menyatukan kembali Partai Konservatif setelah referendum.

Mantan menteri pertahanan Liam Fox juga berusaha ikut bersaing dalam pertarungan itu, juga Menteri Tenaga Kerja Stephen Crabb.

Siapa pemenang dalam pemilihan Ketua Partai Konservatif pada 9 September ini otomatis akan menggantikan posisi David Cameron sebagai Perdana Menteri Inggris.

Cameron, yang menjadi ketua Partai Konservatif selama 10 tahun dan menjadi perdana menteri sejak Mei 2010.

Dia menyatakan mundur dari jabatannya setelah hasil referendum mengharuskan Inggris keluar dari Uni Eropa.

Cameron mengatakan Inggris membutuhkan pemimpin yang segar untuk melakukan negosiasi dengan Uni Eropa.

Kepastian nama-nama yang mengikuti pemilihan ketua Partai Konservatif akan diketahui saat penutupan pendaftaran calon pada Kamis (30/6/2016), walaupun Johnson dan Fox akan mengumumkan kepastian pencalonannya dalam serangkaian pidato di London.

May, yang menjabat menteri dalam negeri sejak 2010, mengatakan kepada surat kabar Times bahwa dirinya memilih kemampuan untuk "menyatukan Inggris" yang sekarang terpecah menyusul hasil referendum.

"Setelah referendum pekan lalu, negara kita membutuhkan kekuatan, kepemimpinan yang mampu mengarahkan kita melalui periode ketidakpastian ekonomi dan politik, serta menegosiasikan persyaratan terbaik setelah kita meninggalkan Uni Eropa," katanya.

Berbeda dengan Boris Johnson, yang mengkampanyekan pemisahan Inggris dari Uni Eropa, May mendukung agar Inggris tetap bersama blok tersebut, walaupun dia tidak gencar menunjukkan sikapnya tersebut.

Sebaliknya, Johnson terang-terangan menunjukkan sikapnya mendukung opsi keluar dari Uni Eropa yang disebutnya akan menguntungkan Inggris.

Menurutnya, pilihan keluar dari blok tersebut akan membuat Inggris "lebih percaya diri kepada diri kita sendiri dan nilai-nilai negara kita."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com