Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekurangan Air, Listrik, dan Bahan Bakar Merusak Kegembiraan Ramadhan di Khartoum

Kompas.com - 15/06/2016, 14:59 WIB

KHARTOUM, KOMPAS.com - Kekurangan air, fluktuasi pasokan listrik, dan kelangkaan bahan bakar secara bersamaan merusak kegembiraan warga Khartoum, ibu kota Sudan, dalam menyambut Ramadhan, yang tahun ini hadir di tengah suasana panas.

Meskipun sebelumnya ada janji dari Perusahaan Air Negara Bagian Khartoum mengenai "musim panas yang bebas dari pemutusan pasokan", namun sebagian besar daerah di ibu kota Khartoum, tetap menderita kekurangan air.

Warga Al-Azhary, salah satu permukiman terbesar di Khartoum, mengeluhkan kekurangan air, yang menambah penderitaan mereka selama Ramadhan.

"Tidak ada air sama sekali selama lebih dari lima hari. Kebanyakan warga di permukiman ini dipaksa membeli air," kata At-Tigani Adam, warga lokal kepada Xinhua, baru-baru ini.

"Air sangat penting, terutama saat Ramadhan. Ini adalah penderitaan nyata dan pemerintah terkait harus turun-tangan untuk menemukan penyelesaian cepat," ia menambahkan.

Anggota Dewan Legislatif Negara Bagian Khartoum mengecam Kementerian Prasarana dan Perusahaan Air di negara bagian tersebut.

Dua lembaga itu juga dituduh gagal memenuhi janji mereka.

Krisis air tersebut berbarengan dengan fluktuasi pasokan listrik, terutama selama siang hari.

Kondisi itu meningkatkan penderitaan penduduk Khartoum, terutama di bawah temperatur tinggi pada awal Ramadhan. Temperatur tercatat 47 derajat Celsius.

Pada penghujung Mei, Kementerian Sumber Daya Air dan Kelistrikan Sudan berjanji akan menghentikan program pemutusan pasukan sampai Juni.

Alami defisit

Sebelumnya, Kementerian Kelistrikan Sudan menyatakan kementerian tersebut menghadapi defisit lima persen pasukan listrik selama jam sibuk.

Pasokan listrik dari bendungan terbesar Merowe Dam, tidak cukup buat konsumsi warga di Khartoum. Padahal pembangkit beroperasi dengan kapasitas maksimal, 1.250 megawatt.

Agustus lalu, Sudan mensahkan rencana untuk menambah generator listrik panas dan air dengan tujuan utama menambah daya 3.155 megawatt sampai tahun 2020 guna menjembatani jurang pasokan listrik.

Desember lalu, Program Pembangunan PBB (UNDP) memperingatkan Sudan dapat menghadapi masalah produksi listrik jika negara tersebut tidak membuat proyek alternatif yang dapat menanggulangi berkurangnya curah hujan dan meningkatnya konsumsi.

Akses ke listrik tersedia buat 35 persen penduduk Sudan, sementara lebih dari 25 juta orang belum terhubung dengan pembangkit listrik nasional, kata UNDP.

Selain krisis listrik dan air, ibu kota Sudan juga telah menyaksikan krisis bahan bakar selama beberapa hari. Ratusan mobil berkerumun di berbagai stasiun pengisian bahan bakar.

Sudan telah kehilangan dua pertiga produksi minyaknya, setelah pemisahan diri Sudan Selatan pada 2011.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com