Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengemis di Melbourne Berpenghasilan Rp 4 Juta Sehari

Kompas.com - 16/07/2015, 15:38 WIB
MELBOURNE, KOMPAS.com - Menurut sebuah laporan, sekelompok kecil "pengemis profesional" di Melbourne mampu menghasilkan uang hingga 400 dolar Australia (atau setara Rp 4 juta) per hari. Namun, mereka dikeluhkan telah mengintimidasi perempuan serta wisatawan asing di pusat kota itu.

Studi tersebut juga menemukan, beberapa pengemis "profesional" itu tak  terorganisir dan tak tergolong tunawisma. Laporan tersebut disusun bagian layanan masyarakat di lembaga ‘Salvation Army’ Melbourne, awal tahun ini.

Mereka mewawancarai 135 orang pengemis di Melbourne. Dari hasil wawancara itu diketahui mayoritas pengemis memang dalam kondisi yang benar-benar membutuhkan, sedangkan sembilan orang lainnya tergolong sebagai pengemis profesional.

"Kami memiliki satu orang yang menunjukkan kepada kami bahwa ia berpenghasilan sekitar 300-400 dolar (atau setara Rp 3-4 juta) sehari atau semalam, dan ia melakukan hal itu secara rutin," ungkap Mayor Brendan Nottle dari Salvation Army.

"Itu sekitar enam hari seminggu, dan akhirnya pengemis itu memandang bahwa kegiatan tersebut adalah cara yang sangat menguntungkan untuk mendapatkan penghasilan," tambah Brendan.

Mayor Brendan melanjutkan, para pengemis itu memiliki tempat tinggal permanen dan memiliki pendapatan lain selain dari mengemis. "Ia mengatakan kepada staf yang bekerja bersamanya bahwa ia terlibat dengan narkoba, sehingga uang itu digunakan untuk mendukung kebiasaannya," jelas sang Mayor.

Kekerasan dan intimidasi

Mayor Brendan mengatakan, beberapa pengemis profesional mengincar para perempuan dan wisatawan internasional, dan segelintir di antara mereka terlihat menyakiti orang-orang yang menolak memberi uang.

"Kami melihat satu orang di antaranya meludah, kami melihat orang lain ditarik ketika mereka menolak untuk memberi uang kepada pengemis," ungkapnya.

Brendan menyebut, pengemis profesional sebenarnya cukup aman secara finansial sehingga mereka tak perlu bantuan makanan atau tempat tinggal.  "Mereka menunjukkan kepada kami bahwa mereka tak tertarik dengan layanan apapun yang kami tawarkan," tuturnya.

Lembaga Salvation Army percaya, kekerasan fisik yang dilakukan beberapa pengemis merupakan tindak pidana dan polisi harus terlibat. "Di masa lalu mereka telah menjalankan serangkaian operasi," kata Mayor Brendan.

Ia menerangkan, "Ada sebuah operasi yang dijalankan tahun lalu, yang disebut Operasi Minto, dan mereka menargetkan kelompok khusus ini, dan dalam operasi itu mereka benar-benar terhubung dengan beberapa orang yang kami sebut sebagai pengemis profesional dan mereka dihukum."

Mayor Brendan mengatakan, sementara layanan kesehatan mental berjalan sangat baik, kapasitas mereka dituntut untuk meluas. "Apa yang kami ingin lihat adalah respon pemerintah di mana ada layanan tambahan yang disediakan untuk menangani orang-orang yang ada di jalanan, yang menderita masalah kesehatan mental sangat serius," utaranya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com