Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Argentina di Pusaran Kematian Seorang Jaksa

Kompas.com - 27/01/2015, 09:47 WIB
BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Presiden Argentina Cristina Kirchner, Senin (26/1/2015), mengatakan, dia akan membubarkan badan intelijen negara itu setelah seorang jaksa ditemukan tewas hanya beberapa jam sebelum jaksa itu akan menyampaikan sejumlah tuduhan terhadap Kirchner di depan sidang Kongres.

Jaksa bernama Alberto Nisman (51 tahun) ditemukan tewas di rumahnya di Buenos Aires dengan sebuah tembakan di kepala pada 18 Januari, pada hari sebelum dia akan tampil di hadapan sidang Kongres untuk menyampaikan tuduhan bahwa Kirchner telah menghalangi penyelidikannya terhadap peristiwa pemboman kantor badan amal federasi Yahudi tahun 1994.

Kirchner menyangkal klaim tersebut. Dia mengatakan kematian Nisman, yang awalnya diduga bunuh diri, merupakan sebuah rencana untuk mendiskreditkan dirinya. Kirchner, yang sedang berjuang untuk menjaga prestasi dan legasinya, pada Senin mengatakan, "Rencananya adalah untuk membubarkan Sekretariat Intelijen, dan membentuk sebuah Badan Intelijen Federal." Pimpinan badan itu akan dipilih presiden tetapi harus mendapatkan persetujuan Senat.

Kirchner telah menyingkirkan pimpinan badan intelijen saat ini pada Desember lalu. Kirchner bilang, dia akan mengirimkan rancangan reformasi sistem intelijennya kepada Kongres sebelum dia pergi ke China minggu depan.

Serangan bom tahun 1994 itu, yang menewaskan 85 orang, tidak pernah dipecahkan. Nisman menuduh Kirchner dan menteri luar negerinya, Hector Timerman, melindungi sejumlah pejabat Iran yang terlibat dalam pengeboman Argentine-Jewish Mutual Association itu.

Setelah kematian Nisman, Kirchner menduga jaksa itu telah dimanipulasi oleh sejumlah mantan agen intelijen yang kemudian membunuhnya guna merusak reputasinya. Kirchner tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung teorinya, dan tidak mengatakan siapa yang menurut dia berada balik kematian Nisman.

Namun sejumlah pembantunya dalam beberapa hari terakhir telah menunjuk sejumlah mantan pejabat intelijen yang baru-baru ini dipecat, termasuk mantan kepala operasi Sekretariat Intelijen, Antonio Stiusso, yang bekerja sama dengan Nisman.

Sejumlah penyidik mengatakan kematian Nisman tampaknya bunuh diri, tetapi kemudian diklasifikasikan sebagai kematian dan pembunuhan yang "mencurigakan" atau "dugaan bunuh diri".

Nisman berpendapat bahwa pemerintah telah sepakat untuk menukar gandum dengan minyak Teheran dalam pertukaran bagi penarikan "red notices" Interpol yang sedang mencari mantan pejabat dan para pejabat Iran yang dituduh terlibat dalam kasus pengeboman itu.

Sementara itu, seorang pembantu dekat Kirchner memberikan jaminan bahwa para wartawan menikmati "keamanan penuh" di Argentina. Jaminan itu disampaikan setelah wartawan yang mengungkapkan kematian Nisman melarikan diri ke Israel. Wartawan itu mengatakan, dia takut akan keselamatannya. Wartawan bernama Damian Pachter itu meninggalkan Argentina hari Sabtu. Dia mengatakan dirinya menerima ancaman dan sedang diikuti.

"Di Argentina, ada keamanan penuh bagi semua wartawan," kata kepala kabinet Jorge Capitanich. "Tidak ada halangan bagi setiap jurnalis untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan."

Pachter, seorang wartawan harian berbahasa Inggris, Buenos Aires Herald, yang punya kewarganegaraan ganda Argentina-Israel, mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa ponselnya telah disadap. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan harian Israel, Haaretz, berjudul "Mengapa saya melarikan diri dari Argentina setelah membongkar kisah kematian Alberto Nisman," Pachter menceritakan intimidasi yang membuatnya meninggalkan Argentina.

Dia juga mengecam kantor berita nasional Argentina, Telam, dan akun Twitter istana kepresidenan Casa Rosada karena menerbitkan informasi tentang tiket pesawatnya, termasuk tanggal dia pulang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com