Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karikatur Penyadapan Telepon SBY Jadi Salah Satu Kartun Politik Terbaik di Australia

Kompas.com - 11/12/2014, 11:01 WIB
KOMPAS.com — Karikatur terbaik yang pernah dimuat di media-media Australia sepanjang tahun 2014 dipamerkan pada Museum Demokrasi Australia (MOAD), Canberra, Australia. Karikatur tersebut mengangkat isu-isu politik Australia, termasuk kasus penyadapan terhadap mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pameran bertajuk "Behind The Lines 2014" tersebut akan digelar selama 12 bulan di Gedung Old Parliament House di ibu kota Canberra.

Tania Cleary selaku kurator mengatakan, kebanyakan karikatur yang terpilih menggambarkan keadaan politik Australia pada masa setahun pertama PM Tony Abbott.

"Banyak yang menggambarkan perdana menteri, menteri luar negeri, dan bendahara negara. Clive Palmer (anggota parlemen dari Palmer United Party) menduduki peringkat pertama yang karakternya dibuat oleh para kartunis," ujar Clearly.

Sementara itu, kartunis Mark Knight dari harian Herald Sun yang berbasis di Melbourne terpilih menjadi Political Cartoonist of The Year.

Salah satu karikatur yang ditampilkan dalam pameran ini adalah karikatur berjudul "Menjadi orang Australia artinya tidak pernah mengatakan bahwa Anda menyesal".

Karikatur tersebut menggambarkan satu karakter yang menggunakan rambut palsu dan mengatakan bahwa Indonesia harus bersyukur karena negara seperti Australia pun bahkan ingin diam-diam tahu apa yang ada di telepon Susilo Bambang Yudhoyono.

Karikatur tersebut dibuat oleh David Pope yang dimuat oleh harian The Canberra Time, 20 November 2013, setelah adanya kasus penyadapan telepon mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhyono, beserta orang-orang terdekatnya, termasuk istrinya, Ani Yudhoyono.

Kasus tersebut sempat membuat hubungan militer dan intelijen kedua negara terganggu.

Michael Evans, salah satu manajer museum, mengatakan, kartun politik telah mengubah pandangan media. "Mampu menangkap apa yang kita semua pikirkan, yang mungkin tidak dikatakan oleh wartawan kebanyakan," kata Evans. "Seorang wartawan mencari tahu apa yang terjadi, tetapi seorang kartunis hanya mencari esensi dari yang terjadi."

Dia juga mengatakan, kartun politik merupakan alat demokrasi yang masih relevan. "Salah satu hal yang benar-benar penting tentang kartun politik adalah bahwa kita bebas melakukannya," katanya.

Evans bercerita, pernah ada sekelompok orang dari Afrika yang datang ke pameran tersebut, dan mereka tampak gelisah saat melihat karikatur. Mereka bertanya kepada Evans, apa yang terjadi dengan para kartunis. Mereka terkejut saat tahu bahwa para kartunis itu masih bekerja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com