Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaysia Airlines Diragukan Mampu Bertahan

Kompas.com - 21/07/2014, 11:24 WIB
KUALA LUMPUR, KOMPAS.COM — Maskapai penerbangan Pemerintah Malaysia, Malaysia Airlines, diragukan bisa bertahan lebih lama setelah mengalami dua insiden berturut-turut. Bahkan, sebelum dua bencana yang menimpa dua pesawat penuh penumpang pada penerbangan internasional, Malaysia Airlines sudah mengalami kerugian bisnis selama tiga tahun dengan defisit mencapai 1,3 miliar dollar.

Para pejabat intelijen Amerika dan Ukraina mengatakan, pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17—yang sedang terbang pada ketinggian 10.000 meter Kamis (17/7/2014) lalu—ditembak jatuh kelompok separatis Ukraina dengan misil darat ke udara yang hampir dipastikan dipasok oleh Rusia.
 
Serangan itu terjadi saat maskapai penerbangan Pemerintah Malaysia itu masih berusaha pulih dari hilangnya pesawat dengan nomor penerbangan MH370. Pesawat yang hendak menuju Beijing dari Kuala Lumpur itu menghilang dari radar pada 8 Maret setelah membelok jauh keluar jalur penerbangan.
 
Mohshin Aziz, analis penerbangan pada kelompok finansial terbesar Malaysia, yaitu Maybank, menyebut kondisi maskapai itu "sangat menakutkan".
 
"Kami perkirakan mereka akan mengalami kerugian finansial yang semakin parah dan saya berpendapat Malaysia Airlines tidak akan bertahan dalam kondisinya saat ini sebelum akhir tahun ini," paparnya.
 
Aziz mengatakan, Malaysia Airlines masih akan tetap menikmati bantuan pemerintah berdasarkan mandat dan dukungan simpati rakyat karena mereka menganggap maskapai itu sebagai bagian dari negara mereka.
 
"Saya sudah mengamati dan menganalisis perusahaan itu untuk waktu yang lama dan saya pikir mereka hanya akan bisa berbisnis di pasar domestik. Di pasar internasional sama sekali mustahil," tambahnya.
 
Malaysia Airlines dikecam dan kehilangan kepercayaan publik karena lambat bereaksi terhadap hilangnya pesawat MH370. Jejak pesawat itu masih belum bisa ditemukan dan belum ada kesimpulan akhir mengapa pesawat itu hilang biarpun sudah dilakukan pencarian meluas di perairan lepas pesisir barat Australia.
 
Sejak penembakan jatuh MH17 minggu lalu, perusahaan itu semakin dikritik karena tetap terbang di atas wilayah konflik dan tidak mengalihkan rute penerbangannya.
 
Pengalihan semacam itu menyebabkan rute lebih panjang dan menghabiskan bahan bakar lebih banyak, tetapi banyak maskapai lain sudah melakukannya.
 
Maskapai bermasalah itu sudah tiga kali menerima talangan dana investasi dari Pemerintah Malaysia dan memerlukan talangan keempat dalam jumlah besar jika ingin bertahan dalam bisnis penerbangan. Demikian kata para analis industri.
 
Perusahaan itu juga telah menawarkan untuk mengembalikan uang sepenuhnya jika konsumen ingin membatalkan tiket mereka, dan tidak akan mengenakan biaya jika penumpang ingin menunda dan mengganti tanggal penerbangan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com