Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolektor Anggur dari Indonesia yang Jadi Terdakwa di AS Meminta Maaf

Kompas.com - 30/05/2014, 14:25 WIB
Seorang kolektor anggur asal Indonesia yang menjadi terdakwa pemalsuan anggur kuno di California, AS, meminta maaf kepada hakim dan mengatakan tindakannya "sangat bodoh".

Rudy Kurniawan dalam surat kepada hakim mengatakan bahwa ia "tidak pernah bermaksud untuk melukai atau mempermalukan siapa pun" dan memohon agar ia diizinkan pulang untuk menjenguk ibunya yang tua dan sakit, seperti dilaporkan kantor berita AP.

Kurniawan, yang keluarganya memiliki usaha distribusi bir di Indonesia, mengatakan, obsesinya dengan anggur kuno membuatnya melakukan tindakan yang salah, baik secara moral maupun sosial, dan ia akan kembali ke Indonesia setelah menjalani hukumannya.

"Anggur menjadi hidup saya dan saya tenggelam di dalamnya," tulis Rudy. "Apa yang awalnya adalah membeli beberapa botol anggur di toko setempat selama beberapa tahun menjadi membeli anggur berharga jutaan dollar."

Surat Rudy Kurniawan kepada Hakim Wilayah AS Richard M Berman diberikan pada hari yang sama dengan pengumuman penundaan vonisnya hingga 17 Juli.

Jaksa mengatakan, Kurniawan (37 tahun) mendapat uang di kisaran antara 8 juta dollar AS (Rp 93 miliar) dan 20 juta dollar AS dari 2004 hingga 2012 dari penjualan anggur palsu yang ia buat di dapur rumahnya di Arcadia, California.

Pemerintah AS mengatakan, laba itu membuatnya mampu hidup mewah di Los Angeles, bergaul dengan kalangan kaya dan berpengaruh yang tertarik pada anggur kuno.

Sejumlah saksi dari kalangan pesohor pun dihadirkan, termasuk miliuner dan investor anggur William Koch, yang mengatakan Kurniawan menipunya 2,1 juta dollar untuk 219 botol anggur palsu.

Kurniawan mengatakan, obsesinya menarik perhatian orang-orang kaya dan cerdas yang sangat ingin ia jadikan kawan.

"Saya kini menyadari semua itu palsu dan penuh kepura-puraan dan bahwa prioritas saya benar-benar berantakan. Hal-hal yang saya lakukan untuk menjaga ilusi ini sangat bodoh. Akhirnya pun tidak terelakkan lagi," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com