Catatan termutakhir Norton Cybercrime menunjukkan kalau kerugian yang mesti ditanggung China akibat kejahatan itu mencapai lebih dari 30 miliar dollar AS. Sementara, jumlah orang dirugikan menyentuh angka sampai dengan lebih dari 100 juta.
Sementara itu, menurut Presiden Direktur PT Dimension Data Indonesia Yudi Hamka Mashudi, pekan lalu, selain China, Indonesia juga menjadi target besar kejahatan dunia maya. Para pelaku, kata Yudi menjadikan Indonesia sebagai sasaran antara untuk menyerang tempat lain. "Para pelaku menggunakan IP address Indonesia," katanya.
Secara trend, kejahatan dunia maya dengan memanfaatkan sasaran antara dikenal sebagai IP botnet. Indonesia, oleh pelaku hanya dijadikan sebagai jembatan. Kebanyakan pelaku kejahatan ini berasal dari luar negeri. "Kejahatan ini membuat seakan-akan Indonesia yang melakukan penyerangan tersebut,"tutur Yudi lagi.
Kejahatan dunia maya, menurut Yudi, secara khusus membahayakan pula bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya perbankan. Maka dari itulah, penanganan aksi kejahatan dunia maya tak hanya masalah operasional tapi juga reputasi. Pasalnya, dalam mengembangkan usahanya, perbankan mengusung reputasi sebagai hal dasar.
Yudi menerangkan, catatan pihaknya terkait dengan data jaringan internet salah satu bank di Indonesia menunjukkan kalau 60 persen lalu-lintas dunia maya berasal dari Eropa Timur. Padahal, bank tersebut tak punya bisnis di kawasan itu.
Sementara, lanjut Yudi, rerata perbankan di Indonesia memanfaatkan hingga 60 persen dari total belanja untuk kelengkapan infrastruktur, 30 persen untuk pembangunan, dan 10 persen untuk pengembangan tenaga kerja. Selanjutnya, dari 60 persen dana belanja infrastruktur, 10 persennya untuk belanja kelengkapan pengamanan jaringan data.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.