Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Api Bawah Laut Persulit Pencarian Puing Malaysia Airlines

Kompas.com - 26/03/2014, 21:38 WIB
PERTH, KOMPAS.com — Upaya tim pencari internasional untuk menemukan puing atau kotak hitam Malaysia Airlines MH370 yang diyakini jatuh di Samudra Hindia, terkendala dengan kondisi di wilayah pencarian yang dikenal sebagai perairan yang ganas.

Ahli kelautan dari Universitas New South Wales, Australia, Erik van Sebille mengatakan, lokasi yang diduga kuat menjadi tempat jatuhnya MH370 dikenal dengan nama "The Roaring Forties" yang di kalangan pelaut dikenal karena keganasannya.

"Secara umum, ini adalah kawasan yang paling berangin dan berombak di Samudra Hindia. Di musim dingin, saat badai datang, ombak di kawasan ini bisa setinggi 10-15 meter," kata Sebille.

Soufan Group, sebuah kelompok konsultan intelijen strategis asal AS, menganalogikan pencarian puing MH370 itu seperti mencari sebatang jarum di dalam tumpukan jerami yang kacau dan kerap berubah bentuk.

"Gerakan ombak yang tak teratur bisa menghanyutkan obyek yang dicari, pantulan sinar matahari bisa membutakan untuk beberapa saat, melihat ke arah yang salah sedikit saja, bisa membuat sebuah momen terlepas," ujar kelompok itu.

Sementara itu, ahli geologi Robin Beamann mengatakan, jika pencarian itu bisa menemukan puing MH370, maka keberadaan gunung berapi bawah laut bisa menghalangi upaya mengambil kotak hitam dari dasar laut.

Beaman mengatakan, pegunungan bawah laut di tenggara Samudra Hindia memotong langsung di kawasan pencarian, berarti dasar laut di wilayah itu sangat tidak rata dan kerap berubah bentuk karena aliran lava.

Dia menambahkan, rangkaian pegunungan bawah laut di wilayah pencarian itu merupakan rangkaian vulkano aktif di kedalaman rata-rata 3.000 meter, yang menjadi pertanda pertemuan patahan Antartika dan Australasia.

"Sangat disayangkan jika puing-puing pesawat itu berada di kawasan yang aktif ini. Itu berarti upaya pencarian akan jauh lebih sulit," kata Beaman, yang merupakan spesialis geologi bawah air di Universitas James Cook, Queensland, Australia.

Sementara itu, pakar penerbangan dari Universitas Sydney, Peter Gibbens, mengatakan tim pencari kini berpacu melawan waktu untuk menemukan sinyal kotak hitam yang akan hilang dalam waktu dua pekan saat baterainya habis.

Meski demikian, masih ada keuntungan dari lokasi pencarian yang sangat terpencil ini. Van Sebille mengatakan, setidaknya lokasi pencarian saat ini bersih dari berbagai sampah seperti yang banyak terdapat di perairan yang dekat dengan daratan.

"Wilayah ini masih bisa dikatakan sangat perawan," ujar Sebille.

Oleh karena itu, lanjut Sebille, di kawasan yang sangat perawan itu, jika ada sebuah obyek besar yang ditemukan, maka kemungkinan besar obyek itu berasal dari MH370.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com