Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kangkung Picu Masalah di Malaysia?

Kompas.com - 27/01/2014, 15:31 WIB

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Siapa yang mengira jika kangkung bisa memicu kehebohan di Malaysia.

Berawal dari pernyataan Perdana Menteri Najib Razak pada awal bulan Januari yang mengatakan bahwa harga bahan makanan berfluktuasi, tetapi harga kangkung justru turun.

"Ketika hal ini terjadi, mereka tidak mau memuji pemerintah. Tapi kalau harga naik, mereka menyalahkan pemerintah… Ini tidak adil karena ini tergantung pada kondisi cuaca," kata Najib dalam rekaman video.

Pernyataan itu memicu keriuhan di media sosial. Namun, lelucon soal kangkung ini sekaligus menimbulkan ketakutan akan kemungkinan ketegangan rasial antara mayoritas etnis Melayu dan etnis China, seperti dilaporkan wartawan BBC, Jennifer Pak.

Komentar Najib itu juga dipandang tidak sensitif dengan kondisi rakyat Malaysia yang berjuang menghadapi meningkatnya biaya hidup.

Subsidi dipangkas

Dalam beberapa bulan terakhir, Najib memangkas subsidi gula, minyak tanah, dan listrik, serta mengumumkan bahwa rakyat Malaysia harus membayar pajak konsumsi lebih besar mulai tahun depan.

Reformasi ini dianggap perlu oleh para pakar ekonomi karena Malaysia tidak sanggup membelanjakan miliaran dollar per tahun untuk subsidi demi menjaga agar biaya hidup tetap rendah.

Namun, sebagian rakyat Malaysia merasa pemangkasan subsidi tidak diperlukan jika pemerintah tidak menghabiskan uang pembayar pajak untuk korupsi dan kesalahan manajemen.

Media online independen pun kerap mempertanyakan pengeluaran Najib dan keluarganya, termasuk penggunaan pesawat jet pemerintah oleh istrinya.

Istilah merendahkan

Jadi ketika perdana menteri menekankan turunnya harga sayuran yang bukan merupakan makanan pokok, banyak warga Malaysia merasa hal itu tidak melegakan.

Mereka melampiaskan frustrasi mereka dalam poster, puisi, grafis, dan video yang menyindir Najib dan pernyataannya soal kangkung. Bahkan, kaus bertuliskan "Keep calm and eat kangkung" banyak dijual.

Analis Wan Saiful Wan Jan mengatakan, komentar Najib sebenarnya tidak salah karena pemerintah memang kurang mendapat penghargaan. Namun, sayuran yang dipilihnya salah.

Menurut Wan Saiful, kangkung di Malaysia adalah istilah yang merendahkan karena harganya murah dan tumbuh liar di sepanjang tepi sungai atau got.

"Profesor Kangkung misalnya, berarti akademisi kelas rendah. Jadi, ketika Najib menggunakan istilah kangkung sebagai analogi, sama saja ia mengundang orang untuk mengejek dirinya," kata Wan Saiful.

Di luar itu, sejumlah warga Malaysia mengatakan kepada BBC bahwa polemik kangkung itu "berlebihan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com