Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Thailand Usulkan Referendum untuk Akhiri Konflik

Kompas.com - 08/12/2013, 18:46 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com - Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra hari ini, Minggu (8/12/2013) mengusulkan referendum mengenai masa depannya dan berjanji mundur jika rakyat menginginkannya. Di sisi lain, penentang pemerintah bersiap mengurangi tekanan bagi Yingluck.

Hingga saat ini, pengunjuk rasa berada di jalan ibu kota Bangkok, dan sempat terlibat bentrok dengan polisi yang ingin menggulingkan Yingluck serta melenyapkan pengaruh saudaranya, yang tinggal di pengasingan, mantan PM Thaksin Shinawatra.

Unjuk rasa itu adalah terakhir meletus dalam hampir 10 tahun antara kekuatan-kekuatan yang berseteru. Adapun penentang pemerintahan adalah mereka yang mewakili kelompok masyarakat mapan, yang tinggal di perkotaan.

Di sisi lain, pendukung Yingluck dan Thaksin merupakan masyarakat perdesaan dan kaum miskin. Selama memerintah, Thaksin memberlakukan kebijakan lebih banyak pro kaum miskin.

Pemimpin pemrotes anti-pemerintah, Suthep Thaugsuban, yang juga mantan wakil perdana menteri dari Partai Demokrat, menyerukan demonstrasi akhir pada Senin besok.

Sementara itu, Yingluck dalam satu pernyataan di televisi mengatakan pemerintahnya sedang mengusahakan berbagai jalan untuk mengakhiri konflik itu. "Kita harus menyelenggarakan satu referendum agar rakyat dapat memutuskan apa yang harus kita lakukan," kata Yingluck.

"Saya ingin mendengar usul-usul dari para pemrotes. Saya siap mengundurkan diri dan membubarkan parlemen jika itu diinginkan mayoritas rakyat Thailand," ujar Yingluck.

Sejauh ini, lima orang tewas dalam bentrokan antara para aktivis yang berseteru dan sejumlah lainnya cedera, banyak akibat tembakan gas air mata yang ditembakan polisi untuk mengusir para pemrotes keluar dari gedung pemerintah.

Pengunjukrasa menduduki Kementerian Keuangan dan satu kompleks administrasi pemerintah.

Thaksin melarikan diri dari Thailand tahun 2008 untuk menghindari hukuman karena terbukti terlibat korupsi dan tetap terlibat dalam pemerintah adiknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com