Dalam operasi mingguan itu, polisi akan berkerja sama dengan pengamanan swasta untuk merazia daerah-daerah lokasi imigran ilegal biasa tinggal. Polisi juga akan berpatroli di jalanan mencari imigran ilegal.
Harian The Moscow Times melaporkan sebanyak 130.000 apartemen yang disewakan secara ilegal di Moskwa akan disisir satu persatu hingga akhir tahun ini.
Langkah polisi ini merupakan respon dari kerusuhan di Moskwa akhir pekan lalu saat lebih dari 1.000 orang pengunjuk rasa berkumpul. Mereka memprotes pembunuhan seorang warga yang diduga dilakukan imigran dari kawasan bergolak Kaukasus utara.
Namun, rencana kepolisian ini oleh sebagian kalangan dianggap memicu "fobia terhadap imigran".
"Tak hanya polisi yang melakukan razia, namun mereka menggandeng kelompok nasionalis yang akan menjadi tren berbahaya," kata Ketua Federasi Migran Rusia, Muhammad Amin Madzhumder.
Pemimpin oposisi Alexei Navalny juga mengkritik kebijakan yang diumumkan kepala kepolisian Moskwa Anatoly Yakunin.
"Langkah ini justru akan menyuburkan korupsi dan memberi kesempatan imigran ilegal bersembunyi," ujar Navalny.
Meski mendapat kritikan, wali kota Moskwa Sergei Sobyanin mendukung rencana kepolisian itu.
"Hingga kita tahu siapa yang tinggal di rumah kita, hingga sebagian besar dari mereka didaftar, akan selalu ada masalah serius dalam hidup masyarakat," ujar Sobyanin.
Tumbunhnya nasionalisme di kalangan berbagai etnis di Rusia ditambah dengan membanjirnya imigran dari negara-negara bekas Uni Soviet memicu ketegangan antara warga asli Moskwa dengan pendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.