Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendak Hadiri Pemakaman Polisi, Presiden Tunisia Malah Diusir

Kompas.com - 18/10/2013, 20:06 WIB
TUNIS, KOMPAS.com - Anggota pasukan kepolisian Tunisia yang marah mengusir Presiden Moncef Marzuki dan PM Ali Larayedh saat hendak menghadiri upacara pemakaman dua orang polisi yang tewas dibunuh, Jumat (18/10/2013).

"Pergi!" demikian kata para polisi yang sebagiannya mengenakan seragam lengkap.

Teriakan itu ditujukan kepada kedua pemimpn negara tersebut yang hendak menghadiri upacara penghormatan di sebuah barak polisi di distrik L'Aouina, Tunis.

Presiden Marzuki, PM Larayedh dan Ketua Parlemen Ben Jaafar, akhirnya meninggalkan lokasi upacara setelah 20 menit berada di sana diiringi ejekan riuh para polisi.

"Kami tak menerima kehadiran para politisi," ujar salah seorang polisi yang membawa spanduk yang menuntut undang-undang perlindungan polisi.

Hanya Menteri Dalam Negeri Lotfi Ben Jeddou, yang mengikuti upacara pekamaman dua polisi yang tewas ditembak orang bersenjata di kawasan Neja, 70 kilometer sebelah barat ibu kota Tunis, pada Kamis (17/10/2013).

"Kita semua menentang terorisme. Ini adalah perang dan kita tidak akan menyerah," kata Ben Jaafar dalam pidato singkatnya.

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tunisia mengatakan pasukan keamanan menewaskan sejumlah orang yang diyakini terlibat dalam pembunuhan kedua polisi itu.

Serikat anggota pasukan keamanan Tunisia sudah beberapa kali menggelar unjuk rasa terkait minimnya sumber daya yang dikucurkan pemerintah untuk memerangi gerakan ekstrem Tunisia, yang mulai bangkit sejak 2011.

Namun, inilah kali pertama para polisi ini menuding para pemimpin Tunisia bertanggung jawab atas masalah ini.

Sejak Desember tahun lalu, pasukan keamanan Tunisia melacak kelompok militan yang diduga terkait Al Qaeda di kawasan pegunungan Chaambi di sepanjang perbatasan dengan Aljazair.

Sepanjang operasi pengejaran itu sudah 15 orang tentara dan polisi yang kehilangan nyawanya.

Meski Tunisia sudah mengerahkan serangan udara dan operasi militer besar-besaran pada Juli lalu, kelompok militan ini belum bisa dilumpuhkan.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan Abou Iyadh, pemimpin gerakan Ansar al-Sharia, merupakan tersangka utama pembunuhan tokoh oposisi Chokry Belaid dan Mohamed Brahmi tahun ini. Abou Iyad diperkirakan masih bersembunyi di satu lokasi di Tunisia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com