DARWIN, KOMPAS.com – Seorang teman terpaku saat melintas di depan sebuah restoran di Darwin, ibu kota Northern Territory, Australia. Sebuah papan besar di antara pagar yang dirambati dedaunan bertuliskan “Tims, Restaurant Manager, Steak Seafood & Crocodile, Head Chef Edy Triyanto”.
“Ini chef-nya pasti orang Indonesia,” ungkap teman tersebut.
Perkiraannya tak meleset. Edy Triyanto adalah warga Indonesia asli Blitar, Jawa Timur, yang menjadi koki kepala di restoran ini.
Menu andalan di restoran ini adalah crocodile schnitzel atau daging buaya goreng tepung yang bentuk akhirnya menyerupai nugget.
Edy mengatakan, menu ini telah melewati beberapa kali proses uji coba. Dulu ada sejumlah menu main course berbahan dasar daging buaya yang ditawarkan untuk para tamu, namun kini tinggal crocodile schnitzel karena bisa dijaga konsistensi rasanya. Menu ini juga kerap dipesan oleh tamu yang datang.
Edy menuturkan, untuk menu berbahan dasar daging buaya, dia selalu memilih bagian ekor. Menurut dia, bagian ini paling sedikit mengandung lemak.
Lapisan luar dari crocodile schnitzel berwarna kuning dan garing karena digoreng dengan tepung roti. Renyahnya balutan adonan luar itu berpadu lezat dengan potongan daging buaya berbumbu di dalamnya. Warna dan rasa daging buaya hampir mirip dengan daging ayam, tetapi teksturnya kenyal seperti cumi-cumi.
Dalam satu porsi, ada sekitar 6-7 potong crocodile schnitzel. Edy juga menyajikannya dengan saus sweet chilly untuk cocolan potongan schnitzel. Tamu bisa memakannya begitu saja sebagai cemilan atau memakannya dengan nasi atau kentang.
Satu porsi crocodile schnitzel dibanderol dengan harga 28,5 dollar Australia atau sekitar Rp 285.000.
Berbagai macam daging di restoran ini disimpan di sebuah ruangan yang berfungsi sebagai lemari pendingin di balik bar minuman.
Daging buaya boleh dikonsumsi di Australia selama berasal dari peternakan atau penangkaran. Namun, warga dilarang berburu buaya di alam liar karena dilindungi oleh UU Perlindungan Buaya.
Sebagai head chef, Edy harus memastikan segala bahan tersedia di dapur restoran. Selain itu, dia dan lima orang chef lainnya di dapur juga harus memastikan bahwa rasa dari setiap menu yang disajikan sama.
“Ini tantangan sebagai chef, jaga kualitas (makanan) dan konsisten masak sausnya,” ungkap Edy.