WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Selasa (14/6/2016), mengatakan, pembunuh di Orlando, Florida, dilakukan oleh “seorang anak muda yang marah, terganggu dan tidak stabil yang teradikalisasi”.
Telah terjadi penembakan massal di kelab malam gay di Pulse, Orlando, dengan korban terbanyak dalam sejarah AS, yakni menewaskan 49 orang pada Minggu (12/6/2016).
Pelakunya adalah Omar Maten (29), pria warga AS keturunan imigran Afganistan. Dia pun ditembak mati oleh polisi sehingga tragedi Orlando tersebut menewaskan total 50 orang.
Dalam penembakan yang dilakukan secara serampangan itu juga mengakibatkan 53 orang terluka, dengan enam orang di antaranya kritis.
Obama menegaskan, tim penyelidik “tidak memiliki informasi apapun untuk mengindikasikan adanya kelompok teroris asing manapun yang memerintahkan serangan”.
Presiden Obama berbicara setelah melakukan kajian keamanan nasional secara mendalam tentang penembakan di Orlando dan upaya-upaya AS untuk mengalahkan teroris ISIS di Timur Tengah.
Menurut Obama, Mateen mendapatkan informasi ekstremis dan propaganda dari internet.
Obama mengatakan pejabat-pejabat penegak hukum AS melakukan apapun untuk menghentikan serangan-serangan semacam ini, tetapi menyadari sulitnya mendeteksi dini para pelaku serangan tunggal.
Sebelumnya Menteri Urusan Keamanan Dalam Negeri AS Jeh Johnson menyerukan aturan pengendalian senjata api ‘yang lebih bertanggungjawab dan bermakna’ pasca penembakan massal di Orlando.
Sementara pihak berwenang masih terus mengumpulkan informasi tentang kehidupan Mateen.
Dalam serangkaian wawancara Johnson, dengan sebuah televisi mengatakan, memperketat aturan kepemilikan senjata api merupakan perdebatan panjang yang penting bagi keamanan publik AS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.