Compaore mengatakan hanya akan menyerahkan kekuasaan begitu pemerintahan transisi merampungkan tugas selama 12 bulan.
Dia juga mengaku telah mencabut status darurat yang diumumkan sebelumnya.
Dalam status darurat tersebut, Compaore meminta militer menerapkan langkah-langkah yang diperlukan guna mengembalikan ketertiban umum.
Sikap Compaore ditanggapi pemimpin oposisi, Zephirin Diabre, dengan kemarahan.
Kepada stasiun radio lokal, Diabre menyatakan pengumuman tersebut tidak bisa diterima.
“Kami menyeru kepada rakyat untuk menunjukkan perlawanan. Pengunduran diri Presiden Blaise Compaore ialah satu-satunya cara untuk mendatangkan perdamaian di negara ini,” kata Diabre.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengutus Mohamed Ibn Chambas ke Burkina Faso.
Chambas, menurut keterangan PBB, akan berupaya mendinginkan situasi.
Demonstrasi
Keputusan Compaore untuk mempertahankan jabatannya memicu demonstrasi massa.
Yacouba Ouedraogo, wartawan BBC yang melaporkan dari ibu kota Burkina Faso, Ouagadougou, mengatakan massa telah membakar gedung parlemen.
Mereka juga membakar balai kota, hotel mewah, rumah-rumah anggota parlemen, dan markas partai yang berkuasa.
Kini, kerumunan orang bergerak ke arah istana presiden.
Puluhan tentara dilaporkan bergabung dengan para demonstran, termasuk mantan Menteri Pertahanan Jenderal Kouame Lougue.
Demonstrasi serupa dilaporkan juga terjadi di Kota Bobo Dioulasso dan beberapa kota lainnya.
Compaore berkuasa melalui kudeta pada 1987. Sejak itu, dia telah memenangi empat pemilihan umum yang dipertanyakan keabsahannya.
Compaore merupakan sekutu dekat Amerika Serikat dan Perancis.
Kedua negara tersebut memakai Burkina Faso sebagai titik tolak dalam operasi militer menghadapi kelompok militan Islam di kawasan Sahel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.