Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kaum Muda Eropa Mulai Tertarik dengan Partai-Partai Ekstrem Kanan?

Kompas.com - 26/06/2024, 17:18 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber CNN

 

Di antara para pemilih Prancis yang berusia di bawah 34 tahun, National Rally (RN) menjadi partai paling populer, dengan perolahan 32 persen suara – naik 10 poin dibandingkan tahun 2019. Di Polandia, 30 persen pemilih di bawah 30 tahun mendukung partai sayap kanan Konfederasi, naik dari posisi 18,5 persen di pemilihan tahun 2019. Partai-partai ekstem kanan juga mengalami peningkatan dukungan di Belanda, Spanyol, Portugal, Austria, dan di Italia.

Generasi, Bukan Geografi

Coba pertimbangkan sejumlah usulan kebijakan berikut ini. Kaum muda tidak akan membayar pajak penghasilan. Jika mereka merintis usaha, mereka akan dibebaskan dari pajak badan/perusahaan selama lima tahun. Para mahasiswa yang bekerja paruh waktu akan mendapat tambahan upah dari negara, yang juga akan membangun 100.000 unit perumahan untuk mahasiswa. Mereka juga bisa bepergian gratis dengan kereta api.

Anda mungkin mengira bahwa itu pasti platform dari partai ekstrem kiri. Tidak! Ini adalah tawaran tokoh partai RN, Marine Le Pen, dalam pemilihan presiden Prancis tahun 2022. Saa itu Le Pen hanya kalah tipis.

Jadi, tidak mengherankan, kaum muda menyukainya. Hampir 50 persen dari pemilih berusia 25 hingga 34 tahun memilih Le Pen, dibandingkan dengan hanya 41 persen dari populasi umum dan 29 persen dari pemilih berusia di atas 70 tahun. Sementara “suara para lansia” membawa Donald Trump ke Gedung Putih dan Inggris keluar dari Uni Eropa. Suara para lansia pula yang mencegah ekstrem kanan meraih kemengangan di Prancis.

Keadaan itu mungkin akan segera berubah. Setelah Partai Renaisans, yang dipimpin Presiden Emmanuel Macron, di Prancis kalah telak dari partai ekstem kanan dalam pemilu untuk Parlemen Uni Eropa, Macron mengumumkan pemilihan parlemen segera di negara itu, yaitu pada 30 Juni ini dan 7 Juli mendatang. Pemilu itu berpotensi membuat Jordan Bardella, pemimpin RN yang berusia 28 tahun, menjadi perdana menteri Prancis bulan depan.

Baca juga: Gelombang Partai Ultra Kanan Menjungkirbalikkan Politik Nasional Eropa

Bagi Arthur Prevot, manajer sayap pemuda RN di Paris, pengumuman Macron itu merupakan berita bagus. Dia mengatakan, kepresidenan Macron telah gagal memberikan manfaat bagi generasi muda.

“Daya beli telah menurun drastis selama tujuh tahun terakhir. Dari krisis ‘gilets jaunes’ (protes jaket kuning), kenaikan harga bahan bakar, dan berbagai pajak yang diberlakukan – semua ini berdampak pada kehidupan sehari-hari, termasuk kehidupan saya,” kata Prevot, 22 tahun, kepada CNN.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com