Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Disebut Bisa Ambil Alih Taiwan Tanpa Invasi

Kompas.com - 24/06/2024, 21:09 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber CNN

Jika ingin lebih diam-diam, China bahkan bisa saja tak memakai kata “karantina” untuk memulai mengisolasi Taiwan.

Berdasarkan klaimnya bahwa Taiwan adalah wilayah China, Beijing dapat meminta deklarasi pabean diajukan sebelum kapal dapat singgah di Taiwan. Bagi mereka yang gagal mematuhi, mekanisme penegakan hukum dapat memberikan efek yang mengerikan pada semua pengiriman.

“Kapal penegak hukum China akan diberi wewenang untuk menaiki kapal, melakukan inspeksi di tempat, menginterogasi personel, dan melakukan tindakan lain terhadap kapal yang tidak patuh,” kata laporan itu.

Gagasan tersebut memungkinkan cakupan operasi yang terbatas bagi China. Contohnya, China dapat menargetkan pelabuhan tersibuk di pulau itu, Kaohsiung, yang bertanggung jawab atas 57 persen impor maritim Taiwan dan sebagian besar impor energinya.

Masuk Akal tetapi Beresiko

Analis lain meninjau laporan CSIS dan menganggapnya masuk akal. Namun, para analis memiliki keraguan terkait bagaimana hal-hal akan terjadi.

Beberapa menyebutkan bagaimana ekonomi tak selalu menguntungkan China.

“Mempertahankan karantina akan mahal dan memakan waktu,” kata Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat intelijen Gabungan Komando Pasifik AS.

“Taipei tidak akan menyerah dalam waktu kurang dari 60 hari,” kata Schuster. “Bisakah Beijing mempertahankan upaya dan kemungkinan reaksi internasional selama itu?”

Upaya untuk mengganggu status quo di Selat Taiwan dapat semakin mengikis perdagangan luar negeri Beijing, para ahli memperingatkan.

Alessio Patalano, profesor perang dan strategi di King’s College di London, mencatat tantangan yang dihadapi oleh Partai Komunis China terkait ekonomi yang masih dalam upaya untuk pulih dari Covid-19.

Baca juga: Pokok Persoalan Konflik China dengan Taiwan

Taiwan merupakan pulau dengan ekonomi industri terkemuka. Mereka berperan penting dalam rantai pasokan global. Mereka juga adalah produsen dari sebagian besar semikonduktor tercanggih di dunia. Karena itu, karantina terhadap Taiwan tak hanya dapat berdampak terhadap perekonomian dalam negeri, tetapi juga global.

Sementara sebagian besar negara secara diplomatis mengakui Beijing atas Taiwan, pulau itu telah menjalin hubungan tidak resmi yang semakin kuat dengan negara-negara demokrasi Barat utama.

Taiwan dan China juga saling terkait secara ekonomi. Tahun lalu, 35 persen ekspor dari Taiwan dikirim ke daratan China. Sebagian besarnya berupa sirkuit terpadu, sel surya, dan komponen elektronik.

Sebaliknya, impor dari China juga menyumbang 20 persen dari total impor Taiwan di tahun yang sama. Antara tahun 1991 dan 2022, perusahaan Taiwan telah menginvestasikan total 203 miliar dolar di China, menurut statistik pemerintah Taiwan.

Selain itu, karantina dapat mendorong penduduk untuk semakin mendukung pemerintah alih-alih melawannya, kata Sidharth Kaushal, peneliti senior di Royal United Services Institute di London.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com