Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Phyo Min Thein, Kepala Menteri Yangon yang Menjadi Perhatian

Kompas.com - 15/05/2017, 17:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

YANGON hingga kini tetap mendominasi Myanmar. Padahal, Yangon bukan lagi ibu kota Myanmar sejak 7 November 2005.

Naypyidaw, sekitar 320 kilometer arah Utara Yangon, telah menjadi ibu kota Myanmar sejak 11 tahun yang lalu.  

Yangon yang merupakan kota pelabuhan ini makin ramai oleh kemacetan yang parah dan kemegahan kolonial yang mulai memudar. Namun, keanggunan Pagoda Shwedagon-nya masih terus memikat negeri ini.

Daw Aung San Suu Kyi dan partainya, National League for Democracy (NLD), menandai satu tahun pertamanya berkuasa dengan memperjelas bahwa kesuksesan Myanmar di masa depan terletak pada kesuksesan kota ini menjadi pusat bisnis yang dinamis.

Dengan populasi penduduk sebanyak 7,36 juta dan menyumbang hampir seperempat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto, reformasi politik dan ekonomi sepatutnya terjadi di ibukota ini seandainya mereka berakar di negara berpenduduk 52 juta ini.

U Phyo Min Thein adalah tokoh NLD yang berpengaruh di Yangon. Pada 2016, dia terpilih menjadi Kepala Menteri (seperti Gubernur) Yangon.

Seperti halnya Daw Suu Kyi yang dihormati, Kwee Phyo atau Abang Phyo juga mantan tahanan politik yang melewati 15 tahun hidupnya di balik jeruji besi.

Ketika saya berjumpa dengannya akhir pekan lalu di kantornya yang suram, peninggalan pemerintahan Ne Win, U Phyo Min Thein yang karakternya terlihat tidak menonjolkan diri justru menunjukkan wataknya yang tegas dan pemahamannya yang mengejutkan tentang persoalan-persoalan regional.

Dok Karim Raslan U Phyo Min Thein popularitasnya mulai meningkat semenjak bergabung dengan National League for Democracy (NLD) pada 2012.
Meski dia baru saja menjalani operasi jantung, sedikit pun tidak tampak tanda-tanda kelelahan pada dirinya. Sebaliknya dengan sigap dia berjalan kesana kemari mengelilingi kantornya.

Tak perlu panjang lebar, reputasinya pun cepat dikenal sebagai politikus yang cerdas dengan pemikiran-pemikirannya yang tajam. Seorang mantan mahasiswa jurusan fisika dan aktivis Universitas Yangon, U Phyo Min Thein, dijebloskan ke penjara pada 1991 pasca pemberontakannya melawan junta militer pada 1988.

Dia pun sangat optimistis menghabiskan masanya di penjara, seperti dituturkanya kepada saya. “Usia saya 20 tahun sewaktu intelijen militer menangkap saya. Mereka terus menambah masa hukuman saya. Pengalaman itu membuat saya menjadi lebih dewasa, lebih matang,” ujarnya.

Dia mengaku ada dua hal yang membuatnya bertahan. “Pertama, kekaguman saya kepada Daw Aung San Suu Kyi, dan kedua, Buddha. Menjalankan ajaran-ajaran Sang Buddha membantu saya melewati masa-masa sulit itu," katanya.

U Phyo Min Thein yang menikahi Daw Khin Mi Mi Kywe pada 2009, bergabung dengan NLD pada 2012. Itu adalah langkahnya yang cerdas saat dia terpilih untuk mengikuti pemilihan.

Popularitasnya di NLD melonjak tajam. Dia disebut-sebut sebagai ahli strategi kunci dalam Pemilu 2015 yang krusial diikutinya.

Dia pun mengingat kembali masa-masa hangat itu. “Ketika saya di parlemen, Daw Aung San Suu Kyi banyak memberi pelajaran kepada kami. Dia mengajarkan bahwa kami sebagai politisi harus selalu punya keinginan untuk belajar. Bahwa kami pun harus optimistis, sabar, dan sistematis…Saya melihatnya sebagai seorang Ibu,” katanya.

Tentunya, kesabaran adalah sesuatu yang dia butuhkan saat ini dalam mengelola Yangon. Tahun pertamanya dia menjabat sebagai Kepala Menteri amatlah berat.

Salah satu idenya yang mengesankan adalah Layanan Bis Yangon (YBS) yang diluncurkan awal tahun ini. Namun, dia digempur banyak kritikan atas idenya itu.

Dok Karim Raslan Wilayah Yangon mempunyai populasi 7,36 juta dan menyumbang 23 persen dari GDP nasional.
Upayanya yang berani untuk menyederhanakan transportasi umum di ibukota justru telah membuat para komuter frustasi lantaran ada kenaikan biaya transpor, keterlambatan yang tinggi, dan layanan yang tidak teratur.

Video di Facebook untuk merayakan satu tahun U Phyo Min Thein menjabat, yang menyiarkan YBS sebagai sebuah pencapaian, telah dihapus karena dikritik tajam oleh para netizen.

Sementara agak menahan diri ketika obrolan menyinggung YBS, dia justru berusaha keras menjelaskan apa yang hendak dicapainya. “Saya tidak melihatnya (YBS) sebagai masalah besar. Kami mencapainya setahap demi setahap. Suatu reformasi pasti ada tantangannya, apakah itu politis atau pun dari kepentingan pribadi,” paparnya.

Sangatlah penting untuk mengingat bahwa NLD dan dirinya telah berjuang melawan masa-masa pengabaian yang sistematis, koruptif, dan penyalahgunaan kekuasaan. Para pemilih pun memahami hal itu dan tetap mendukungnya.

Memang, komunitas Muslim setempat untuk sementara ini terus waspada terhadap retorika ekstrimis dari kelompok Buddhis garis keras dan kemungkinan kekerasan di Provinsi Rakhine, di mana kekuatan militer tampak sengaja menyebarkan kebencian.

Dok Karim Raslan Beberapa bagian dari Yangon masih memiliki arsitektur masa kolonial Yangon dengan gaya bangunan yang sempit berjejer di Pusat Kota.

Sikap tegas U Phyo Min Thein

Pada 9 Mei, malam sebelum kedatangan saya di Yangon, seorang biksu nasionalis memimpin kelompok memasuki kota Mingalar Taung Nyunt yang didominasi Muslim untuk mencari warga Rohingya ilegal. Situasi dengan cepat memanas dan mencekam, hingga polisi pun melakukan tembakan peringatan.

Sewaktu saya tanyakan soal kekerasan itu, Kepala Menteri dengan tegas mengatakan, “Insiden itu dipicu oleh penghasut. Kami akan mengambil langkah hukum (melawan mereka). Aparat hukum sudah memulai tindakan hukum itu.”

Memang pada 12 Mei, polisi mengeluarkan beberapa surat perintah penangkapan para penyerang itu. Sebaliknya, penjelasan Kepala Menteri soal pembakaran di Rakhine sejalan dengan Daw Suu Kyi, dan itu sangat mengecewakan.

Namun, U Phyo Min Thein berbicara dengan empati yang lebih dalam dan ini bertolak belakang dengan sikap Daw Suu Kyi yang terkesan angkuh dalam kasus ini.

Dia mengawali argumennya dengan mempertahankan keanekaragaman Myanmar yang banyak terancam. “Myanmar memiliki kebebasan beragama, di sini ada masjid Bengali, gereja, dan kuil Hindu dekat Pagoda Sule (di pusat kota Yangon),” tuturnya.

Dok Karim Raslan Sebagian besar penduduk Myanmar (87,9%) beragama Buddha. Pagoda Shwedagon setinggi 99 meter adalah pagoda Budha yang paling suci di Myanmar dan stupa berlapis emasnya dapat dilihat dari sekitar kota.
“(Konflik) Rakhine bukan soal agama,” ujarnya lebih lanjut, “Orang Rohingya tidak termasuk di antara 135 kelompok etnis yang diakui di Myanmar. Ada warga Kamein yang didominasi Muslim. Ini membuktikan bahwa masalah di Rakhine bukan soal agama, tapi etnis semata,” katanya. 

Seolah membaca keraguan saya, dia pun melanjutkan paparannya, “Kami sedang mencoba membangun sebuah negara di mana semua agama setara. Ini adalah bagian dari demokrasi, hak asasi manusia, dan kedewasaan bernegara dan berbangsa.”

Dapat dipahami bahwa U Phyo Min Thein begitu bersemangat membicarakan ambisinya membangun Yangon, yang terbebani oleh 4,1% tingkat pengangguran dan 40% tingkat kemiskinan.

“Visi kami untuk Yangon adalah melestarikan warisan budayanya, menjadikannya sebagai kota hijau, dan pusat kekuatan ekonomi di mana investor ingin datang dan tinggal,” kata Thein.

“Salah satu tantangan yang dihadapi para investor ini adalah tingginya harga perumahan, dan kami tengah mencoba sebaik mungkin untuk mengendalikannya. Untuk meningkatkan kemudahan berinvestasi, kami sedang membangun proyek industri dan perumahan baru,” lanjut Thein. 

Terlepas dari adanya kritik bahwa NLD tidak memiliki teknorat maupun profesional dengan pengalaman praktis di bidang bisnis, U Phyo Min Thein membanggakan pendekatannya yang sederhana dalam memecahkan masalah.

“Investasi asing akan menciptakan transfer teknologi dan kesempatan kerja…Jika kita bisa menciptakan lapangan kerja di Yangon maka kita dapat menghadapi masalah tuna wisma,” tuturnya.

“Kami menyambut investor dari negara manapun termasuk dari tetangga kami di ASEAN. Tidak mungkinlah kami membangun negara ini sendiri,” lanjut Thein.

Dan ketika saya menyinggung soal inisiatif China “One Belt, Obe Road”, dengan tegas dia mengatakan, “Myanmar akan ambil bagian dalam OBOR dan berharap dapat membantu memperbaiki sistem transportasi kami, tapi ini harus saling menguntungkan.”

Saat saya bertanya apakah U Phyo Min Thein dipersiapkan untuk menggantikan Daw Suu Kyi, dia mengabaikan pertanyaan itu.

“Saya tidak berpikir akan menjadi penerus dia. Saya hanya ingin membantu memecahkan masalah negara. Saya telah ditunjuk untuk Yangon dan saya bekerja keras untuk menyelesaikan masalah yang ada. Hanya itu,” dia menjawab.

Dok Karim Raslan The Yangon Bus Service (YBS) mendapatkan kritikan tajam sejak peluncurannya pada Januari 2017.
Dengan perbedaan usia mereka yang terpaut jauh (Daw Suu Kyi berusia 71), masuk akal jika kita berasumsi, Kepala Menteri yang berpengaruh ini menjadi bagian dalam rencana masa depan NLD.

Meski kenyataannya jika kita bertemu langsung dengannya, U Phyo Min Thein terlihat lebih suka “bersembunyi” di balik perabotan kantornya.

Dia pasti menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan hampir lebih dari setengah juta tuna wisma, Yangon dengan jalanannya yang kotor, masih terasa ada pergolakan dan ketidaksabilan.

Di saat yang sama, mereka yang menentang Daw Suu Kyi dan NLD telah berakar dalam struktur pemerintahan kota, terlebih di antara elit bisnis.

Namun jika dalam empat tahun ke depan (pemilihan parlemen akan dilaksanakan pada 2020), U Phyo Min Thein dapat mengendalikan kepentingan para pribadi, menyelesaikan masalah transportasi umum, menarik investor asing, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menekan pelanggaran hukum, maka tidak menutup kemungkinan dia dan NLD akan meraih kemenangan besar.

Banyak kesuksesan NLD di masa depan bersandar pada pundak lelaki kurus yang masih dalam masa pemulihan pasca operasi jantung di penghujung usia 40-nya. U Phyo Min Thein adalah Ketua Menteri yang bersahaja yang menjadi bagian penting dari lintasan politik Myanmar. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com