Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buaya Air Asin Duduki Sebuah Perkebunan Tebu di Australia

Kompas.com - 28/03/2017, 11:19 WIB

BRISBANE, KOMPAS.com - Pengelola sebuah perkebunan tebu di Atherton Tablelands, Queensland, Australia mengatakan, kebun itu sekarang dikuasai sejumlah buaya air asin.

Hal yang mengherankan adalah daerah perkebunan itu berada jauh dari pesisir yang menjadi habitat para buaya tersebut.

Perkebunan milik Andrew Mazgay di Bibhoora atau dikenal dengan nama Atherton Tablelands itu bukanlah daerah habitat buaya air asin.

Daerah itu berada di ketinggian 400 meter di atas permukaan laut, dan sekitar 65 kilometer dari garis pantai dan sekitar 1.738 km dari ibukota Queensland, Brisbane.

Namun Mazgay mengatakan, dia menemukan beberapa buaya ekor buaya air asinsetiap harinya.

"Panjangnya sekitar 1,2 meter dan saya melihat satu di antara mereka sekarang," kata dia.

"Saya semula menduga itu adalah ular piton besar yang sedang berenang, tetapi ternyata itu adalah seekor buaya, dan satu lagi tampak di rerumputan," kata Mazgay.

"Kalau hanya satu dua ekor mungkin biasa, tetapi sekarang banyak sekali, ini sudah keterlaluan," tambah dia sambil menambahkan situasi ini sudah berbahaya.

"Saya pernah pergi ke sebuah pompa air di dekat sebuah sungai kecil, dan buaya ini muncul dari dalam air, dan hendak menyerang saya." katanya lagi.

"Saya agak ketakutan sekarang."

Dari mana asalnya buaya-buaya ini belum diketahui. Namun, perkebunan ini terletak di dekat Sungai Mitchell.

Aliran sungai ini melewati ke kawasan dengan habitat buaya di Teluk Carpentaria yang jaraknya 750 kilometer dari perkebunan tersebut.

Selain itu, perkebunan tebu tersebut juga terletak tak jauh dengan sebuah peternakan buaya.

Jurgen Arnold, seorang pemilik peternakan buaya Melaleuca mengatakan, di masa lalu mungkin saja ada buaya yang terlepas dari peternakan tersebut.

Namun, dia memastikan, sejak dirinya mengelola peternakan tersebut, masalah buaya yang kabur tidak terjadi lagi.

"Perusahaan kami baru memiliki peternakan ini selama dua tahun, dan saya tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya," katanya.

"Kami memiliki pagar di seluruh peternakan dengan pagar yang ditanam sedalam 60 centimeter ke dalam tanah, dan tingginya 1,8 meter," tambah Arnold.

"Buaya yang masih kecil diternak di dalam kandang berukuran kecil, sementara yang sudah dewasa dalam kandang yang besar, sehingga kami mengikuti aturan yang ada," katanya.

Arnold telah menawarkan diri untuk memburu buaya-buaya tersebut, tetapi peraturan yang berlaku mencegahnya melakukan perburuan.

"Saya mengatakan kepada tetangga kami bahwa saya bersedia membantu bila memang diizinkan. Namun, satu-satunya pihak yang boleh menangkap buaya adalah petugas dari Departemen Perlindungan dan Lingkungan," lanjut dia.

Juru bicara Departemen Perlindungan dan Lingkungan mengatakan, mereka sedang menyelidiki dari mana asal buaya tersebut.

Petugas departemen ini juga tengah sedang memastikan peternakan buaya di kawasan tersebut mengikuti peraturan mengenai keselamatan.

Dia mengatakan, pihak departemen sudah memasang kamera pemantau dan baru-baru ini menangkap seekor buaya sepanjang 1,3 meter dari sebuah pusat pengolahan limbah dan sekor anak buaya dari rumah penduduk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com