Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembalinya Anak Timor Leste yang "Diambil Paksa" TNI

Kompas.com - 26/03/2017, 09:39 WIB


Sebaliknya, di antara anak-anak yang diambil ada sejumlah nama terkenal.

Alfredo Reinado, yang berupaya melancarkan kudeta di Timor Leste pada 2008, direkrut militer Indonesia ketika dia berusia 11 tahun. Alfredo dibawa seorang perwira ke Pulau Jawa. Alfredo belakangan tewas ketika berusaha mengudeta dan membunuh Presiden Xanana Gusmao.

Salah seorang anak adalah Hercules, sosok yang dikenal di Jakarta lantaran menjadi pimpinan kelompok preman dan kini dipenjara.

Sosok lainnya aktif di dunia olah raga tinju dan menjadi bintang televisi di Indonesia. Namun, banyak pula yang tidak mengenyam pendidikan formal dan bersusah payah mendapat pekerjaan.

Perjalanan pulang yang berliku

Pada 2008, Komisi Kebenaran dan Persahabatan (CTF) Indonesia dan Timor Leste merekomendasikan pembentukan komisi pencari orang hilang, termasuk anak-anak yang terpisah dari keluarganya selama konflik berlangsung.

Akan tetapi, hingga kini tiada langkah nyata yang diterapkan.

"Ini adalah isu yang sensitif. Sudah delapan tahun dan tak banyak yang tercapai, dan apa yang Indonesia lakukan adalah di luar mandat," kata Jacinto Alves salah satu komisioner dari Timor Leste.

Pria yang bertanggung jawab menindaklanjuti respons Indonesia terkait rekomendasi Komisi Kebenaran dan Persahabatan adalah Wiranto, orang yang didakwa melakukan kejahatan di Timor Leste oleh panel Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sebagai panglima TNI saat itu, dia disebut secara eksplisit oleh PBB terkait pertumpahan darah yang menewaskan 1.000 orang.

Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan yang berada di bawah Wiranto menolak permintaan BBC untuk wawancara mengenai Timor Leste. Wiranto juga tidak merespons permintaan wawancara.

Meski komisi pencari orang hilang tidak dibentuk, Kementerian Luar Negeri RI mendukung acara reuni di Timor Leste dan menyediakan dana agar Alberto Muhammad dan anak-anak hilang lainnya bisa ambil bagian dalam reuni tersebut. Para peserta dibantu untuk mendapatkan paspor dan beberapa orang mendapat uang untuk tiket perjalanan pulang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com