Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sate dan Rendang "Java Cove" Sukses "Menggoyang Lidah" di Washington

Kompas.com - 14/03/2017, 09:47 WIB

Elemen Indonesia dalam desain truk "Java Cove Indonesian Kitchen" ini juga sangat kuat.

Truk berwarna coklat ini bergambarkan wayang dan peta Indonesia, serta dihiasi gambar batik di bagian bawahnya.

Menu makanan yang tersedia juga sangat beragam dan kaya akan rempah-rempah tradisional Indonesia. Mulai dari rendang khas padang, sate ayam, sate kambing, kalio ayam, dan menu tempe serta sayuran.

Andre menjelaskan makanan yang dijual tidak boleh sembarangan dan harus didaftarkan juga.

“Sebenarnya banyak, ada mie goreng, kita sudah bikin lis ada empanada, kita bilang-nya pastel. Terakhir ini ada ide, ada teman mau jual siomay," kata dia.

"Kita enggak bisa jual siomay lantas kita masukin izinnya, itu lama, seminggu buat mendapatkannya (agar) kita bisa diizinkan jual siomay, akhirnya udahlah forget it," sambung dia.

"Tapi sekarang akhirnya dapat juga, gado-gado kita masukin, pokoknya semua makanan, itu musti register dulu, enggak bisa sembarangan kita bikin gado-gado, apalagi di lis-nya enggak ada,” papar pria ini.

“Java Cove Indonesian Kitchen” food truck ini beroperasi setiap hari Senin hingga Jum’at.

Setiap harinya pria yang berdomisili di AS sejak tahun 1989 ini menyiapkan sekitar 100 tusuk sate dan masing-masing 20 porsi untuk setiap menunya.

Menu itu dipadukan dengan nasi putih atau nasi goreng, bakwan, lumpia, dan sayuran.

Tidak hanya sate yang selalu menggoyang lidah warga AS, namun rendang daging Indonesia yang sudah banyak dikenal oleh warga internasional juga menjadi salah satu menu favorit.

“(Pelanggan) pernah makan ini di Indonesia. Beef rendang di Indonesia juga rupanya dicari. Sampai (AS) juga (dia) enggak tanya-tanya lagi. Langsung dia pesan saja beef rendang,” kata Andre.

Siapa yang menyangka ternyata warga AS juga menggemari makanan pedas. Tidak jarang mereka meminta ekstra sambal kepada Andre.

“Kadang-kadang itu yang lucu tuh. (Pelanggan) pikir sambalnya kita kurang pedas. Kadang-kadang dia minta tambah. Kadang-kadang kita tambahkan, lantas spring roll-nya dia makan di depan kita," ungkap Andre.

"Ternyata pedasnya minta ampun. Kita punya rawit kan itu yang paling pedas. Akhirnya (pelanggan) bilang, ‘Waduh ini benar-benar, kamu mesti bilangin saya’," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com