BALLARAT, KOMPAS.com – Trem mini yang bisa memuat sekitar 30 orang sudah terisi penuh. Seluruh pintu kecil berpengait ditutup. Seorang pria bertopi ala koboi dan mengenakan jaket mengatakan, kereta akan berangkat sebentar lagi.
Di depan kereta, ada sebuah lorong gelap semacam gua sebesar ukuran trem tersebut. Sejenak kemudian, trem mulai bergerak turun menelusuri rel. Awalnya cahaya masih terang.
Makin ke bawah, cahaya mulai redup dan gelap seketika menyergap para penumpang kala trem terus melaju turun ke gua bawah tanah. Ada yang terpekik dan takjub karena dalam gelap tak ada satu pun yang terlihat, bahkan tangan sendiri. Ada pula yang menahan nafas sampai kereta tiba di stasiun bawah tanah.
“Selamat datang di bekas tambang emas Sovereign Hill. Saat ini, Anda berada di kedalaman sekitar 50 meter,” kata seorang pemandu wisata gold mine tour di Sovereign Hill, Ballarat, Victoria, Australia.
Dia lalu mengatakan bahwa lokasi bawah tanah ini adalah tambang emas yang beroperasi sekitar tahun 1850-an. Jalur kereta dahulu ada untuk membawa bongkahan batu mengandung emas ke permukaan.
Pengunjung lalu dituntun menuju pintu masuk gua tambang emas di dekat lokomotif kereta lori. Pemandangan di kiri dan kanan hanyalah dinding batu yang dilapisi sejumlah kayu sebagai penahan.
Udara dingin nan lembab menyergap berpadu dengan cahaya remang-remang. Suasana seperti ini, lanjut si pemandu, telah menjadi bagian kehidupan para penambang saat demam emas terjadi di Victoria kala itu. Para penambang itu bekerja di tambang bawah tanah ini sekitar 10 jam per hari.
Sang pemandu lalu menunjukkan salah satu dinding batu yang berkilauan ketika disorot dengan lampu senter. Bongkahan emas di dinding batu itu, lanjutnya, sengaja ditinggalkan agar para pengunjung memiliki gambaran saat penambang mendapatkan emas. Eureka!
Di titik terakhir, ada semacam ruangan yang lebih luas yang dibuat menjadi semacam teater mini. Ada tempat duduk berundak-undak yang menghadap ke lokasi penambangan dengan kolom-kolom dari kayu.
“Ada yang tahu apa fungsi dari kayu-kayu itu?” tanya sang pemandu.
Dua bocah bergantian angkat tangan dan menjawab. Si pemandu mengucapkan terima kasih lalu menjelaskan manfaat kayu-kayu tersebut tanpa membenarkan atau menyalahkan jawaban kedua anak tadi.
“Kayu-kayu ini berfungsi menjadi penopang agar tidak mudah terjadi longsor saat mereka menggali,” tuturnya.
Setelah itu, para pengunjung diarahkan ke stasiun untuk kembali ke permukaan dengan trem yang sama.
***
Wes Scott, salah satu staf, mengatakan, berkunjung ke bekas tambang emas bawah tanah hanyalah satu dari pengalaman wisata yang bisa didapatkan di Sovereign Hill, destinasi wisata yang berjarak sekitar 115 kilometer atau dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam dari Melbourne ini.
Namun, lanjutnya, nama Sovereign Hill memang berasal dari nama perusahaan tambang emas yang dulu pernah beroperasi di tempat ini.
Dengan membayar tiket masuk 54 dolar Australia per orang, pengunjung bisa merasakan suasana kota Ballarat saat demam emas terjadi dua dekade lalu di atas bekas tambang emas seluas 25 hektar ini.
Wes menyebutkan, aktivitas lain yang bisa dilakukan adalah mendulang emas di sungai.
Itulah yang dilakukan Cohen Turner, bocah asal Melbourne, yang asyik mengamati isi nampan aluminium yang dipegang ayahnya. Mereka berdua sedang mencoba menemukan butiran emas di antara air dan pasir yang didulang dari sungai di sisi timur Sovereign Hill. Tangan kirinya memegang botol kaca kecil.
“Saya menemukan emas hari ini,” ungkap Cohen dengan berbinar-binar sambil menunjukkan botol kaca yang dipegangnya.
Ada air dan beberapa butiran kuning, besarnya seperti butiran pasir, yang mengendap di dalam botol yang dipegangnya. Ibu Cohen mengatakan bahwa mereka kembali datang hari ini karena anaknya sangat penasaran mendapatkan emas.
Untuk memberikan sensasi pengalaman yang mirip dengan para pendulang emas pada saat demam emas terjadi di Victoria, pengelola Sovereign Hill menaburkan sekitar dua gram butiran emas setiap harinya.
Tiba-tiba, dari depan bangunan kayu di pinggiran sungai yang memiliki kontur tanah yang lebih tinggi, seseorang berpakaian seperti polisi dengan jubah serta pentungan dan borgol di tangannya berteriak-teriak. Dia mempertanyakan izin mendulang emas kepada para pengunjung yang sedang asyik memelototi alat semacam nampan di tangannya.
Si polisi terus mengoceh dan mengatakan mereka harus membayar kepada pemerintah terlebih dahulu untuk bisa mengantongi izin mendulang emas. Seorang pemuda berjubah merah dengan topi ala Sherlock Holmes lalu menjawabnya bahwa mereka tentu saja sudah memiliki izin.
Tak perlu khawatir, tentu saja adegan ini hanya akting dari para staf Sovereign Hill untuk memberikan gambaran tentang dinamika pendulang emas tradisional di masa lalu.
Para staf perempuan yang berperan sebagai penjaga toko atau warga misalnya pasti menggunakan gaun panjang dengan model korset di bagian atas dan detail ruffles pada bagian bawah. Mereka juga mengenakan crinoline atau kawat berbentuk sangkar yang membuat bagian bawah gaun mengembang sempurna. Tak lupa, hiasan di kepala.
Dengan demikian, penampilan mereka mendukung suasana Sovereign Hill yang memang dibangun layaknya suasana perkotaan tambang emas Victoria pada sekitar tahun 1850-an. Bangunan-bangunannya juga dipertahankan seperti aslinya, mulai dari hotel dan pertokoan hingga bioskop dan restoran atau bar.
Barang-barang hingga makanan yang dijajakan juga diadopsi dari masa lalu, misalnya paying renda, gaun pesta hingga permen loli rasa raspberry khas Ballarat.
Wendy Miller, perempuan dari Ballarat, menceritakan, tambang emas telah membawa Ballarat begitu kaya dan tersohor pada masanya. Para penambang emas dari berbagai negara biasanya akan datang ke kota untuk bersenang-senang pada akhir pekan.
"Setiap akhir pekan, mereka datang ke kota dan pergi ke bar atau makan di restoran untuk bersenang-senang," ucap Wendy.
Di jalanan, suasana masa lampau juga terasa dengan kehadiran sejumlah prajurit yang berbaris hingga kereta kuda yang menggunakan empat kuda sebagai penarik keretanya. Kuda-kuda ini berjenis shire horse dari Inggris dengan ciri khusus bulu yang lebat, termasuk di kakinya.
Suasana Sovereign Hill ini seperti mesin waktu yang menyedot para pengunjung pada masa keemasan Ballarat saat demam emas berlangsung.
(Tulisan ini merupakan bagian dari program "Jelajah Australia 2016". Kompas.com telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia Plus. Di luar tulisan ini, masih ada artikel menarik lainnya yang telah disiapkan terbit pada Juli hingga akhir Agustus 2016. Anda bisa mengikuti artikel lainnya di Topik Pilihan "Jelajah Australia 2016".)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.