Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nelayan Indonesia yang Tewas Disiksa di Kapal Ikan Taiwan

Kompas.com - 19/08/2016, 17:45 WIB

Selama berlayar, Supriyanto tidak pernah menghubungi keluarga.

Pertama kali keluarganya mendengar kabar dari Supriyanto adalah ketika agen yang menempatkannya di kapal itu mengabarkan kematian pria itu pada 25 Agustus 2015.

Dua hari setelah kabar tersebut jasad Supriyanto tiba di kampung halamannya.

Rusmiati yang menjadi ahli waris Supriyanto telah mendapat santunan sebesar Rp 4 juta dari agen pria itu.

Asuransi jiwa sebesar Rp 41 juta dan gaji enam bulan Supriyanto sebesar Rp 19 juta juga diterima Rusmiati.

Gaji seorang awak kapal ikan Taiwan adalah sekitar 250 dollar AS atau sekitar Rp 3 juta per bulan.

Gaji itu biasanya ditahan pemilik kapal selama setahun dan baru dibayarkan setelah masa kontrak kerja berakhir setelah dikurangi biaya agen.

Namun sebetulnya, berdasarkan aturan di Taiwan, asuransi yang diterima keluarganya seharusnya mencapai tiga kali lipat yang diterima ahli waris.

Meski demikian, kompensasi uang dalam jumlah besar yang diinginkan keluarga Supriyanto.

Setiawan, adik sepupu Supriyanto, meminta agar pelaku penganiayaan diadili dan dihukum seberat-beratnya.

“Kakak kami kan mungkin meninggalnya secara tidak wajar. Kami ini orang yang tidak mampu, tidak mengerti prosedur hukum. Saya mau orang bertindak kesalahan dihukum seadil-adilnya,” kata Setiawan.

Menurut Kepala Federasi Nelayan Indonesia, John Albert, kasus seperti Supriyanto kerap terjadi, tetapi baru kali ini ditemukan bukti.

“Telah terjadi perbudakan manusia. Banyak nelayan-nelayan yang dibuang ke laut oleh kapten. Untung Supriyanto ketahuan. Saya banyak dapat informasi bahwa mayat ini dibuang ke laut, tetapi tidak ada bukti,” kata John Albert.

Namun, beberapa agen penyalur yang didatangi tim BBC Indonesia di Pemalang, Jawa Tengah, selalu penuh dengan calon pekerja.

Mereka lebih baik menempuh risiko di negeri asing ketimbang tidak melakukan apa-apa di kampung halaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com